Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Anna Suci Perwitasari
Ditambah lagi, Wahyu menilai China dan Amerika Serikat turut memanfaatkan momentum ini untuk melakukan hoarding atau menimbun cadangan, terutama komoditas strategis seperti minyak dan batubara.
Apalagi, secara keseluruhan batubara tidak memiliki masalah kontrak, storage atau penyimpanan, bahkan terkait pengiriman.
Ke depan, Wahyu memperkirakan, harga batubara jangka panjang berada di rentang US$ 40 - US$ 120 per ton. Sementara untuk proyeksi konsolidasi tahunan di rentang US$ 50 - US$ 60 per ton, dan jangka menengah pada rentang US$ 50 - US$ 70 per ton.
Baca Juga: Jelang sore, harga emas spot bergerak di US$ 1.768,79 per ons troi
Untuk mingguan diperkirakan ada di rentang US$ 50 per ton hingga US$ 60 per ton. "Saat harga berada di atas US$ 60 per ton bisa sell on strength, dan saat mendekati US$ 50 per ton bisa buy on weakness," tandasnya.
Sementara itu, Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Andy Wibowo Gunawan menilai, harga batubara dalam sepekan terakhir cenderung flat. "Cenderung flat, harga batubara tidak bergerak kemana-mana," ungkapnya, Senin (29/6).
Meskipun begitu, di sisa tahun ini, dia menilai pergerakan harga batubara dunia berpotensi menguat. Bahkan dia optimistis di jangka panjang permintaan batubara dari China akan bertahan.
Hingga akhir 2020, harga batubara diprediksi berada di level US$ 65 per ton dan terus menanjak ke US$ 70 per ton pada 2021. Meskipun bakal rebound, target harga batubara tersebut turun 7,1% untuk 2020 dan 6,7% untuk 2021 dari asumsi awal.
Baca Juga: Tekanan sektor batubara akan melunak di akhir 2020, ini rekomendasi sahamnya
Hal ini mengingat dampak dari pandemi Covid-19 yang berpotensi memangkas produksi batubara China menjadi 3,32 miliar ton di tahun ini dan 3,49 miliar ton di 2021. Padahal sebelumnya, Andy memperkirakan produksi batubara China bisa tumbuh 3,47 miliar di 2020 dan meningkat menjadi 3,78 miliar ton di tahun depan.
"Kami optimistis harga batubara bisa bertahan di level wajar, karena komoditas batubara cukup kuat sejalan dengan ekonomi China," jelasnya.
Sementara itu, untuk jangka menengah, permintaan batubara diyakini masih akan solid, dengan kondisi perusahaan batubara China yang masih terlilit hutang, sedangkan perusahaan batubara di Asia cenderung memiliki neraca keuangan yang lebih sehat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News