kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Transparansi, alasan RITS ngotot backdoor listing


Kamis, 03 Juli 2014 / 16:33 WIB
Transparansi, alasan RITS ngotot backdoor listing
ILUSTRASI. Tren desain rumah dari bernuansa alam hingga mengutamakan unsur nostalgia


Reporter: Amailia Putri Hasniawati | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Setelah gagal masuk melalui PT Perdana Karya Perkasa Tbk (PKPK), RITS Ventures Limited mencari kendaraan lain untuk bisa masuk Bursa Efek Indonesia (BEI) tanpa melakukan penawaran umum (IPO). Akhirnya melalui PT Sekawan Intipratama Tbk (SIAP), induk PT Wana Bara Prima Coal ini lolos.

Adapun, Wana Bara merupakan pemilik PT Indo Wana Bara Mining Coal (IWBMC). Apa yang membuat RITS begitu ngotot backdoor listing? Rennier Rennier Abdul Rachman Latief, salah satu pemlik Wana Bara Prima CoalĀ  mengatakan, salah satu alasan perseoan adalah untuk transparansi.

"Jelas untuk transparansi, untuk perusahaan-perusahaan yang berbasis sumber daya alam butuh kontrol yang ketat," ujarnya, Kamis (3/7).

Lebih lanjut, ia juga membeberkan alasan mengapa bukan IPO yang ditempuh. Menurutnya, ia ingin perusahaannya dinilai berdasarkan fundamental. Jika melalui IPO, maka, valuasi tidak akan maksimal. Seperti diketahui, nilai akuisisi RITS mencapai Rp 4,67 triliun.

Bahkan, berdasarkan Kantor Jasa Penilaian Publik (KJPP) Yanuar Bey & Rekan, nilai wajar 100% saham RITS sebesar Rp 4,84 triliun. IWBMC memiliki konsesi batubara seluas 5.000 hektare (ha) di Kutai Barat, Kalimantan Timur.

Volume sumberdaya batubara ditaksir mencapai 533,31 juta ton. Jumlah cadangan batubara yang dapat ditambang secara ekonomis sebesar 288,1 juta ton. Adapun, jenis batubara yang dihasilkan memiliki kalori 3.714 kilo kalori per kilogram (kkal/kg).

Rennier, yang juga menjabat sebagai Komisaris Utama di SIAP mengatakan, produksi diperkirakan sudah bisa dilakukan mulai Agustus-September 2014. Volume awal produksi ditaksir sekitar 5.000 ton per bulan. Selanjutnya, akan ditingkatkan menjadi 150.000 ton per bulan.

Hingga akhir tahun, produksi diharapkan bisa sekitar 350.000-400.000 ton per bulan. Hingga akhir tahun, ditargetkan, produksi IWBMC bisa mencapai 1,15 juta ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×