Reporter: Yuliana Hema | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah volatilitas pasar saham yang tinggi akibat sentimen negatif global yang menekan, investor sudah mulai melirik instrumen pasar modal lainnya salah satunya, waran terstruktur.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), total volume waran terstruktur mencapai 848 dengan total value mencapai Rp 43,02 miliar dan total frekuensi sebanyak 14.517 kali.
Kemudian pada Februari 2025, total nilai transaksi di pasar waran terstruktur mencapai Rp 46,84 miliar dengan total volume mencapai 1.207 waran dan total frekuensi sebanyak 47.433 kali.
Lalu pada Maret 2025, total transaksi di pasar waran terstruktur sebesar Rp 57,98 miliar dengan total frekuensi sebesar 21.335 kali. Total volume transaksinya mencapai 1.779.
Baca Juga: BEI Targetkan Nilai Transaksi Waran Terstruktur Menembus Rp 1 Triliun di Tahun 2025
Sepanjang tahun berjalan ini hingga Senin (21/4), nilai transaksi waran terstruktur mencapai Rp 204,93 miliar dengan frekuensi 93,840 kali. Ini setara dengan 0,02% dari seluruh nilai transaksi di seluruh pasar modal.
Head of Sales & Marketing Equity Derivative RHB Sekuritas Indonesia Steinly Atmanagara mencermati investor sudah mulai kembali ke pasar waran terstruktur ketika volatilitas pasar sedang tinggi.
"Apalagi dengan kehadiran waran terstruktur tipe PUT membuat appetite investor semakin tinggi untuk trading di waran terstruktur," jelasnya saat dihubungi KONTAN akhir pekan lalu.
Memang terjadi pergeseran portofolio investor ke waran terstruktur. Namun menurut Steinly pergeseran tidak besar karena investor waran terstruktur dan investor saham berbeda.
"Terlihat beberapa investor mulai melirik produk ini dan mulai banyak pertanyaan-pertanyaan yang datang dari investor, yang bertanya mengenai cara kerja dan trading," ucap Steinly.
RHB Sekuritas sendiri telah menerbitkan 16 waran terstruktur baru hingga kuartal I-2025. Dua di antaranya merupakan waran terstruktur tipe PUT dengan underlying saham MEDC dan BRPT.
Nasib berbeda terjadi di pasar derivatif. Sepanjang tahun berjalan ini, nilai transaksi derivatif hanya mencapai Rp 671,22 juta dengan frekuensi sebesar 264 kali per Senin (21/4).
Baca Juga: FREN Jelaskan Nasib Pemegang Saham dan Waran Pasca Merger Dengan EXCL
Memang produk derivatif baru kembali digencarkan pada kuartal I-2024. Berdasarkan data BEI, total investor derivatif saat ini baru mencapai 228 SID.
"Dengan produk yang paling banyak ditransaksikan adalah single stock futures," kata Jeffrey Hendrik, Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia kepada KONTAN.
Direktur Utama Phintraco Sekuritas Ferawati mencermati kebanyakan investor yang melakukan transaksi di pasar derivatif masih dalam fase coba-coba sehingga tak heran transaksinya masih kecil.
"Investor yang aktif di ekuitas tidak serta merta pindah ke pasar derivatif. Kalaupun ada transaksi biasanya ada di satu atau dua kontrak, tidak ada yang menonjol secara signifikan,” ucapnya.
Selanjutnya: Kemendag Respons Ancaman China Terhadap Negara Lain Terkait Negosiasi Tarif Trump
Menarik Dibaca: Pertamina Hulu Energi Buka Lebar Ruang Perempuan di Sektor Hulu Migas
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News