kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tower Bersama (TBIG) Siap Kembali Bersaing di Tahun 2024, Intip Rekomendasi Sahamnya


Kamis, 11 Januari 2024 / 05:15 WIB
Tower Bersama (TBIG) Siap Kembali Bersaing di Tahun 2024, Intip Rekomendasi Sahamnya


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Performa PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TOWR) kembali pulih di kuartal ketiga 2023. Kinerja positif emiten portofolio Saratoga (SRTG) ini diharapkan semakin membaik di tahun 2024, sejalan dengan digitalisasi di Indonesia.

Selama periode Januari – September 2023, TBIG mencetak pendapatan senilai Rp 4,95 triliun. Pendapatan TBIG hanya naik tipis 0,63% Year on Year (YoY) dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp4,92 triliun.

Hasil positif dari sisi top line juga tidak dapat diikuti oleh performa bottom line TBIG. Laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk TBIG turun 8,54% YoY menjadi Rp 1,11 triliun per September 2023.

Baca Juga: Turun 8,54%, Tower Bersama (TBIG) Kantongi Laba Rp 1,11 Triliun hingga Kuartal III

Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas mengatakan, penurunan kinerja TBIG lebih dikarenakan oleh membengkaknya biaya operasional selama periode tersebut. Hal itu mengingat dari sisi pendapatan masih naik tipis dan COGS pun mengalami penurunan.

Namun, Sukarno mengamati sudah mulai ada perbaikan yang dialami TBIG. Kenaikan Earning Per Share (EPS) pada kuartal ketiga 2023, menjadi salah satu bukti bahwa TBIG tetap berada di jalur positif.

“Prospek kinerja emiten menara telekomunikasi seperti TBIG di tahun 2024 masih akan positif, seiring dengan ekspansi jaringan 5G di Indonesia,” jelas Sukarno kepada Kontan.co.id, Rabu (10/1).

Sukarno bilang, Pemerintah Indonesia menargetkan untuk menjangkau 90% dari populasi Indonesia dengan jaringan 5G pada tahun 2024. Untuk mencapai target tersebut, operator telekomunikasi perlu melakukan ekspansi jaringan 5G yang dapat membawa katalis positif untuk perusahaan menara seperti TBIG.

Analis BRI Danareksa Sekuritas Niko Margaronis memandang bahwa hasil kuartal ketiga 2023 menyiratkan kesan positif bagi prospek pertumbuhan TBIG. Pendapatan TBIG terpantau naik menjadi Rp 1,67 triliun di kuartal ketiga yang bertumbuh 0.7%QoQ dan 2.2%YoY.

Pendapatan dari segmen fiber FTTT meningkat pesat yakni Rp 107 miliar di triwulan ketiga 2023 yang bertumbuh 20.6%QoQ dan melesat 338.3%YoY, serta berkontribusi 6% terhadap total pendapatan. Laba bersih pun terlihat kembali normal yang mencapai Rp 430 miliar di kuartal ketiga, naik 20,4%qoq dan 3.4%yoy.

“Kami yakin capaian positif ini disebabkan karena amortisasi biaya pinjaman baru yang dilakukan TBIG jauh lebih rendah daripada kuartal kedua,” ungkap Niko dalam riset 8 Januari 2024.

Niko menyoroti, TBIG merupakan perusahaan menara terbesar ke-3 di Indonesia dengan rasio sewa tertinggi yakni sebesar 1,87x diantara rekan-rekannya. TBIG memiliki portofolio menara terbesar ke-3 di Indonesia dengan rasio sewa tertinggi sebesar 1,87x di antara rekan-rekannya dengan kontribusi signifikan dari Telkomsel.

Dengan kondisi tersebut, maka memungkinkan TBIG memposting margin EBITDA terkuat dan menghasilkan Arus Kas Bebas Operasi (oFCF) terbesar ke-2 dalam cakupan BRI Danareksa Sekuritas dibandingkan TOWR dan MTEL.

Menurut Niko, TBIG mempunyai kemampuan untuk mengelola perpindahan penyewaan menara dan relokasi secara hati-hati, sehingga menjaga kemampuannya untuk menghasilkan oFCF. TBIG telah menunjukkan kemampuannya dalam membangun aliran pendapatan baru dari fiber optic, sehingga menjaga perolehan arus kas.

 

“TBIG juga berada pada posisi yang baik untuk pertumbuhan masa depan di wilayah luar Jawa,” tutur Niko.

Niko menyukai TBIG karena telah meningkatkan pendapatan segmen fiber optic dengan pesat di tengah relokasi menara. Terlebih lagi, TBIG diharapkan menjadi penerima manfaat terbesar dari penurunan suku bunga acuan.

Dengan potensi perubahan suku bunga, perusahaan menara bakal ditempatkan lebih baik seiring dengan berlanjutnya ekspansi perusahaan telekomunikasi. Suku bunga yang rendah bakal mendanai perluasan jaringan dengan tingkat keuangan yang lebih rendah biaya.

BRI Danareksa Sekuritas mengharapkan pandangan yang lebih optimis terhadap emiten menara saat suku bunga mulai stabil dan menuju penurunan. Sementara itu, konsolidasi yang sedang berlangsung dalam operator telekomunikasi memungkinkan penetrasi yang lebih luas ke arah luar pulau Jawa.

Niko merekomendasikan Buy untuk TBIG dengan target harga sebesar Rp 2.500 per saham. Kalau Sukarno menyarankan Hold atau Trading Buy dengan target harga Rp 2.200 – Rp  2.300 per saham untuk TBIG.

Sukarno mewaspadai adanya risiko perlambatan ekonomi global dapat berdampak pada penurunan permintaan layanan telekomunikasi, sehingga operator telekomunikasi menahan ekspansi mereka. Terlebih lagi, persaingan yang semakin ketat di pasar telekomunikasi Indonesia dapat mendorong operator telekomunikasi untuk lebih efisien, termasuk dengan menahan ekspansi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×