kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   -2.000   -0,14%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Tips Investasi Defensif Saat Pasar Global dalam Ketidakpastian


Sabtu, 30 April 2022 / 14:01 WIB
Tips Investasi Defensif Saat Pasar Global dalam Ketidakpastian
ILUSTRASI. Tips Investasi Defensif Saat Pasar Global dalam Ketidakpastian


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Gabungan ketidakpastian kondisi global dan kenaikan suku bunga AS saat ini membuat Financial Planner Finansia Consulting Eko Endarto memandang bahwa investor perlu bersikap lebih hati-hati. 

Menurut Eko instrumen investasi yang menarik dan cocok dimiliki saat ini adalah di pasar uang. "Tren inflasi tinggi, ada kemungkinan orang akan mengurangi pengeluaran, amannya investasi di pasar uang yang juga paling likuid," kata Eko. 

Selain itu, Eko juga memandang emas masih menarik untuk dibeli. Terlebih jika harganya sedang terkoreksi. Bagaimana pun perang Rusia dan Ukraina masih membawa kondisi pada ketidakpastian. 

CEO Edvisor.id Praska Putrantyo juga mengatakan alokasi aset investasi saat ini lebih ideal jika mayoritas berada di instrumen berbasis pendapatan tetap seperti, deposito dengan bunga kompetitif, surat utang tenor pendek. 

Baca Juga: Cek Harga Emas Siang Ini di Pegadaian, Sabtu 30 April 2022

Jika investor memiliki profil risiko agresif, Eko mengatakan saham di sektor komoditas dan energi bisa jadi alternatif investasi yang menarik. "Kita tahu, dari konflik Rusia-Ukraina mengganggu pasokan komoditas dan harganya jadi naik," kata Eko. 

Praska juga mengatakan investasi di pasar saham pada sektor yang sejalan dengan pemulihan ekonomi dan mendapat eksposur pada membaiknya sektor riil, jadi pilihan yang menarik. Seperti contohnya, sektor perbankan, konsumen, infrastruktur, properti, konstruksi, hingga industri dasar atau bahan baku. 

Namun, Praska memandang saham sektor komoditas sudah mencetak rekor tertinggi dan rawan terjadi aksi ambil untung (profit taking). 

Selain itu, obligasi korporasi dengan peringkat invesment grade juga menarik untuk dipilih.  Sementara, investasi pada obligasi pemerintah terutama yang tenor panjang juga baiknya dikurangi. Alasannya, potensi kenaikan suku bunga dapat memicu kenaikan imbal hasil yang selanjutnya memicu tekanan pada harga obligasi pemerintah. 

Baca Juga: Pasar Saham Kembali Berkinerja Paling Tinggi di April

Tentunya, memburu dollar AS juga menarik di tengah potensi kenaikan suku bunga AS. Ibrahim memproyeksikan jika AS menaikan suku bunga di Mei dan Juni atau lebih agresif dollar AS berpotensi menguat terhadap rupiah di Rp 14.600 di tahun ini. 

Sementara, Praska menyarankan investasi pada aset kripto baiknya dikurangi. Sebab, ada potensi berkurangnya likuiditas ke aset ini akibat inflasi tinggi secara global. Tren bullish sedang terjadi di pasar saham, kenaikan suku bunga juga terjadi akibat inflasi tinggi saat perbaikan ekonomi terjadi, investor biasanya berpaling dari aset kripto. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×