kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

TINS tak boleh sekedar pacu volume


Jumat, 06 Februari 2015 / 07:00 WIB
TINS tak boleh sekedar pacu volume
ILUSTRASI. Manfaat ceker ayam juga bisa sebagai sumber asam amino yang bernutrisi bagi tubuh.


Reporter: Annisa Aninditya Wibawa | Editor: Avanty Nurdiana

JAKARTA. Harga komoditas masih menghantui sektor pertambangan. Tapi, PT Timah Tbk (TINS) sepertinya masih akan mendorong produksi timah. Emiten ini bahkan sudah menyiapkan dana Rp 1,1 triliun untuk belanja modal di tahun ini. TINS juga ingin mempertahankan produksi 25.000-30.000 ton di 2015.

Analis Panin Sekuritas Fajar Indra dalam riset 31 Oktober 2014 mengatakan, TINS mampu menggenjot produksi timah menjadi 26.095 ton di 2015 dengan volume penjualan naik ke 25.131 ton. Namun, ia menyadari TINS dihadapkan pada penurunan harga jual timah.

Fajar memperkirakan, rata-rata harga jual atau average selling price (ASP) TINS di tahun ini adalah US$ 21.257 ton. Sedangkan di tahun lalu, harga jualnya US$ 22.623 per ton. Dia bilang, TINS masih dihadapkan pada melemahnya permintaan timah dunia dimana harga timah dunia akan berada di angka US$ 20.966 per ton pada tahun ini.

Andy Wibowo Gunawan, Analis Sucorinvest Central Gani dalam riset 10 Desember 2014 yakin, harga jual rata-rata TINS tahun ini akan meningkat menjadi US$ 25.440 per ton. Menurut Kepala Riset Woori Korindo Securities Reza Priyambada ini bisa terjadi jika permintaan komoditas timah meningkat.

Seiring dengan membaiknya kondisi ekonomi di Amerika Serikat dan adanya stimulus European Central Bank (ECB) sehingga meningkatkan kegiatan manufaktur Eropa. Jika ini terjadi, Reza memproyeksikan, harga timah bisa lebih US$ 25.000 per ton dengan volume penjualan 24.220 ton.

Namun, jika harga timah ternyata tidak sesuai dengan ekspektasi, Fajar memproyeksikan, TINS menunda penjualan timah untuk menggenjot laba bersih. Tapi ini bakal menurunkan likuiditas TINS. "TINS berpotensi mengalami kesulitan likuiditas untuk modal kerja dalam 1-2 tahun ke depan," kata dia.

Andy menambahkan, kinerja TINS bakal terangkat dengan ada pabrik percobaan rare earth mineral yang bakal rampung di kuartal I-2015. Rare earth mineral ini akan menghasilkan bahan pembuatan layar televisi, laptop, handphone dan lainnya.

Karena itu, Andy memproyeksikan, penjualan TINS tumbuh 11,3% dari estimasi pendapatan 2014 Rp 6,19 triliun menjadi Rp 6,89 triliun di tahun ini. Laba diproyeksikan melejit 58,49% dari estimasi 2014 Rp 696,5 miliar menjadi Rp 1,1 triliun. Ini dengan asumsi TINS menjaga efisiensi karena penurunan harga minyak mentah dan gas alam. Maklum, biaya produksi TINS 15% disumbang bahan bakar.

Lalu Fajar memperkirakan, TINS akan meraup pendapatan Rp 6,53 triliun dengan laba Rp 608 miliar di 2015.

Andy menyarankan, beli di Rp 1.550. Reza merekomendasikan, hold dengan target Rp 1.210. Dan Fajar merekomendasikan netral dengan target harga Rp 1.225. Harga TINS melemah 1,32% di Rp 1.120 per saham, Kamis (5/2).     

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×