Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Disiplin merupakan kunci penting untuk menjaga nilai investasi. Hal itu sangat diyakini oleh Timothius Martin, Chief Marketing Officer (CMO) Pintu.
Pria yang akrab disapa Timo ini memandang bahwa batas-batas kompromi sangat diperlukan dalam melakukan investasi. Tetapi apabila tidak diiringi dengan sikap disiplin, maka siap-siap menelan kerugian lebih besar. Kalaupun untung, nilai keuntungan mungkin juga bakal tergerus.
Apalagi, berinvestasi pada instrumen investasi berisiko tinggi yang sangat volatile. Perlu kedisiplinan tingkat tinggi untuk memanfaatkan momentum kapan aset bergerak naik atau sedang turun.
Timo paham betul bahwa disiplin dalam berinvestasi sangat berguna untuk menjaga nilai investasi terutama di aset berisiko tinggi. Sebab, pengalaman telah mengajari banyak hikmah dan pelajaran bagi dirinya.
Sekitar tahun 2015, Timo mengawali perjalanan investasinya lewat instrumen properti. Dia membeli rumah dari hasil menabung yang direncanakan untuk investasi jangka panjang ataupun dimanfaatkan sebagai Rumah Pertama kelak saat menikah.
“Motivasi beli properti untuk mempersiapkan masa depan karena katanya kalau investasi properti sudah pasti naik. Jadi ketika mulai ada sedikit uang, ditabung untuk beli properti,” kata Timo saat diwawancarai Kontan.co.id, (21/5).
Baca Juga: Intip Peluang di Saham Lapis Ketiga dan Papan Akselerasi Saat IHSG Berfluktuasi
Di sisi lain, Timo bercerita bahwa memulai investasi di instrumen properti merupakan pilihan yang aman bagi dirinya. Hal itu karena Timo mengakui tidak tahu sama sekali beragam pilihan instrumen investasi yang bisa dicoba.
Barulah pada tahun 2019, mulai bermunculan platform-platform investasi yang bisa diakses secara online dengan berbagai tawaran kemudahan. Dari situ, Timo mulai mengulik beragam pilihan investasi yang tersedia dalam digital seperti emas, reksa dana, saham hingga kripto.
Setelah banyak pilihan instrumen investasi tersedia dalam aplikasi, Timo mencoba unduh semuanya untuk belajar. Dari situ pula, dirinya mulai mengenal diversifikasi yang awalnya hanya berinvestasi properti hingga akhirnya masuk ke reksa dana, saham dan kripto.
“Di momen itu kedengarannya investasi jadi lebih gampang. Kalau dulu untuk investasi mesti tanya ke bank dan lain-lain, sehingga ribet,” imbuh Timo.
Dari skala 1%-100%, investasi Timo sekitar 50% ditempatkan pada instrumen properti, 40% kripto, lalu 10% saham. Namun formula investasi ini bakal terus berubah mengikuti pergerakan market teranyar.
Baca Juga: Direktur Utama KISI AM, Mustofa, Bagikan Tips Bertahan di Tengah Gejolak Pasar Modal
Kalau tahun ini, Timo menaruh perhatian besar pada aset kripto seiring kondisi bull run yang terjadi di pasar aset digital tersebut. Setidaknya terdapat 3 narasi utama pendukung aset kripto tahun ini yaitu persetujuan ETF Spot Bitcoin dan Ethereum, Halving Bitcoin, serta potensi pemangkasan suku bunga acuan Amerika Serikat (AS).
Petinggi salah satu perusahaan Exchange Kripto di Indonesia tersebut kembali menaruh kepercayaan kepada kripto, setelah investasinya sempat terdampak kejatuhan pasar dalam beberapa tahun terakhir. Bedanya, kali ini Timo jauh lebih siap menanggung volatilitas kripto yang tergolong ekstrem.
“Kripto sudah pasti volatile karena memiliki siklus naik turunnya sama seperti saham dan juga reksadana. Namun volatilitas kripto itu justru membuat sebagian besar orang termasuk saya tertarik karena bisa menerapkan strategi lebih banyak,” ujarnya.
Timo menjelaskan, aset kripto tidak hanya Bitcoin (BTC) saja, namun punya beraneka ragam pilihan koin mulai dari volatil hingga koin yang stabil. Dengan demikian, strategi juga akan berbeda yang mestinya dicocokkan dengan tipe investor, apakah konservatif, moderat atau agresif.
Timo sendiri lebih suka disebut sebagai Trader daripada Investor kripto karena memanfaatkan volatilitas harga dalam jangka pendek. Oleh karena itu, menentukan batas atas dan batas bawah menjadi syarat utama kalau ingin bermain aman di aset risiko tinggi seperti kripto ataupun saham.
Baca Juga: Pasar Modal Dibayangi Sentimen Negatif, Begini Saran Investasi untuk Investor
Investor ataupun trader harus menetapkan kapan waktunya untuk take profit ataupun cut loss. Timo mencontohkan, kalau target keuntungan naik dua kali lipat dari modal sudah tercapai, maka akan lebih bijaksana kalau segera ambil keuntungan. Sebaliknya, jika kerugian sudah melewati batas wajar yang ditetapkan akan lebih bijaksana pula kalau segera memotong kerugian tersebut.
“Kalau kita tidak disiplin, maka akan susah baik saat untung ataupun saat rugi. Hari ini mungkin sudah cuan 2 kali lipat, besok mungkin sudah turun lagi,” jelas pria yang pernah berkuliah di The University of Birmingham tersebut.
Namun jauh sebelum memulai investasi atau trading, pastikan bahwa dana yang digunakan untuk investasi merupakan dana khusus yang telah dialokasikan. Sebab, modal yang tercampur dengan kebutuhan lain nantinya malah menambah kehati-hatian dalam mengambil keputusan berinvestasi.
Menurut Timo, fundamental paling penting adalah menggunakan uang dingin atau uang yang tidak sedang diperlukan. Di samping itu, sebisa mungkin hindari meminjam uang untuk modal berinvestasi apalagi untuk ditempatkan di aset volatile.
“Jadi kalau bisa pakai uang dingin dan sesuai kemampuan. Ini penting karena memengaruhi sikap kita pas lagi naik atau turun akan jadi lebih objektif. Investasi jadi lebih tenang dibandingkan pinjam uang yang bakal khawatir kalau misalnya market turun,” pungkas Timo.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News