Reporter: Nur Qolbi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah mencatatkan total penawaran Rp 17,45 triliun pada pelaksanaan lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) perdana tahun 2023, Selasa (10/1). Jumlah penawaran tersebut lebih tinggi ketimbang target indikatif yang ditetapkan pemerintah Rp 14 triliun.
Akan tetapi, pada akhirnya, pemerintah hanya memenangkan Rp 13,85 triliun dari enam seri yang ditawarkan karena pertimbangan efektivitas biaya. Enam seri tersebut terdiri dari satu SPN-S (Surat Perbendaharaan Negara - Syariah) dan lima PBS (Project Based Sukuk).
Penawaran yang paling banyak masuk adalah untuk seri PBS036 (reopening) dengan total nilai Rp 5,30 triliun. Seri ini mempunyai tingkat imbalan 5,37% dengan tanggal jatuh tempo 15 Agustus 2025.
Disusul SPNS11072023 (new issuance) dengan jumlah penawaran Rp 5,01 triliun. Seri ini mempunyai tingkat imbalan diskonto dengan tanggal jatuh tempo 11 Juli 2023.
Baca Juga: Penawaran Masuk Lelang SBSN Perdana 2023 Lebih Tinggi Ketimbang Akhir 2022
Penawaran terbesar ketiga jatuh pada PBS037 (new issuance) dengan jumlah Rp 3,34 triliun. Seri ini mempunyai tingkat imbalan 6,87500% dengan tanggal jatuh tempo 15 Maret 2036.
Sisanya adalah PBS003 (reopening) dengan jumlah penawaran Rp 3,02 triliun, PBS033 (reopening) Rp 611,1 miliar, dan PBS034 (reopening) Rp 152 miliar. Masing-masingnya mempunyai imbalan 6%, 6,75%, dan 6,50% dengan tenor hingga 15 Januari 2027, 15 Juni 2047, dan 15 Juni 2039.
Analis Fixed Income Sucorinvest Asset Management Alvaro Ihsan mengatakan, besarnya minat pelaku pasar terhadap lelang SBSN didukung oleh performa pasar obligasi Indonesia yang tengah menguat. Hal ini seiring dengan penurunan laju inflasi global serta masuknya arus dana asing sehingga membuat minat investor terhadap obligasi meningkat.
Selain itu, yield obligasi negara juga menunjukkan tingkat yang lebih menarik. Berdasarkan data tradingeconomics.com, yield obligasi Indonesia tenor 10 tahun sebesar 6,86% per Selasa (10/1), turun dari seminggu lalu di 7,06%.
Baca Juga: Pemerintah Menyerap Rp 13,85 Triliun pada Lelang SBSN Perdana Tahun 2023
Di sisi lain, investor masih mewaspadai peningkatan risiko di tengah ketidakpastian perekonomian global. "Oleh karena itu, untuk menjaga likuiditasnya, investor cenderung menyukai obligasi jangka pendek," kata Alvaro saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (10/1).
Sebagaimana diketahui, dua seri yang paling banyak diminati pada lelang SBSN kali ini mempunyai waktu jatuh tempo pada tahun 2023 dan 2025. Sementara sisanya mempunyai tenor yang lebih panjang, yakni pada 2027, 2036, 2039, hingga 2047.
Research & Consulting Manager Infovesta Utama Nicodimus Kristiantoro menambahkan, dua seri yang paling banyak disasar pada lelang kali ini tergolong tenor pendek. Pasalnya, secara karakteristik, obligasi syariah negara paling likuid ditransaksikan pada tenor-tenor pendek.
"Tenor pendek juga menjadi pilihan karena sebagai langkah mitigasi risiko di tengah tingginya ketidakpastian saat ini," tutur Nicodimus. Sementara itu, untuk PBS037, seri ini masuk dalam tiga besar favorit karena menjadi seri SBSN benchmark 2023.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News