Reporter: Agus Triyono, Cindy Silviana Sukma | Editor: Wahyu T.Rahmawati
JAKARTA. Setelah harga jatuh cukup dalam akibat pernyataan Federal Reserve, (Kamis (20/6), soal kemungkinan penghentian stimulus moneter tahun depan, sejumlah harga komoditas rebound tipis di akhir pekan.
Namun, sejumlah analis mengatakan, rebound harga komoditas hanya sesaat. Berikut ulasannnya.
- Emas
Harga emas untuk kontrak pengiriman Agustus di Commodity Exchange, Kamis, usai pernyataan The Fed, anjlok 6,3% menjadi US$ 1.286,20 per ons troi. Ini merupakan harga terendah dalam dua setengah tahun terakhir. Namun, pada sesi perdagangan Jumat (21/6) pukul 14.00 WIB, harga emas menguat 0,94% menjadi US$ 1.298,30 per ons troi.
Nizar Hilmy, analis SoeGee Futures mengatakan, ada beberapa faktor yang masih memberikan tekanan kuat terhadap harga emas. Pertama dan paling besar adalah membaiknya kondisi Amerika Serikat (AS) dan menguatnya dollar AS. Kedua, menurunnya tingkat permintaan emas fisik dari China dan India, konsumen emas fisik terbesar dunia. "Apalagi India saat ini mengetatkan impor emas. Itu membuat tekanan menjadi tambah berat," katanya.
Nizar memperkirakan, harga emas masih tertekan hingga akhir tahun. Spekulasi pasar bahwa Fed benar- benar mengurangi stimulus moneter akan membuat emas tertekan di kisaran US$ 1.200-US$ 1.400 per ons troi pada kuartal III dan di kisaran US$ 1.100- US$ 1.300 per ons troi pada akhir 2013.
- Minyak
Harga minyak dunia anjlok 3,39% dalam sehari, usai pernyataan The Fed. Harga minyak kembali naik 0,56% menjadi US$ 95,68 per barel di akhir pekan.
Zulfirman Basir, analis Monex Investindo Futures mengatakan bahwa penguatan minyak kemarin terjadi aksi bargain hunting yang dilakukan pasar pasca kejatuhan tajam harga minyak pada sesi perdagangan Kamis kemarin. "Ini sifatnya hanya sementara," katanya.
Menurutnya, minyak akan kembali tertekan karena kekhawatiran pasar terhadap prospek pemulihan ekonomi China yang masih muram. Pasar khawatir, permintaan minyak China akan melambat. Zulfirman memperkirakan, harga minyak masih akan redup hingga akhir tahun. Minyak akan bergerak datar datar di kisaran US$ 85-US$ 100 per barel.
- strong>Batubara
Harga batubara untuk pengiriman Juni 2013 di bursa ICE Eropa, Kamis (20/6), turun 0,73% menjadi US$ 80,95 per ton, dibanding dengan hari sebelumnya. Batubara mencapai titik level terendah sejak tahun April 2009.
Wahyu Tribowo Laksono, analis Megagrowth Futures pesimistis, harga batubara dapat menguat signifikan. "Sejak tahun 2012, batubara sudah tertekan habis-habisan dan saat ini tengah berkonsolidasi," ujarnya.
Sulitnya batubara merangkak naik, disebabkan kondisi ekonomi global yang sedang jelek. Alhasil, permintaan energi dan minyak turun. Jikalau pasar menggunakan komoditas energi substitusi, maka yang dipakai adalah minyak dan gas alam. "Tak ada faktor-faktor yang memicu harga batubara rebound," lanjutnya. Yang terjadi adalah konsolidasi sampai akhir tahun ini dengan level US$ 85 - US$ 95 per metrik ton.
- strong>CPO
Harga minyak sawit alias crude palm oil (CPO) di Bursa Derivative Malaysia sampai dengan sesi penutupan perdagangan Jumat (21/6), harga CPO untuk pengiriman September 2013 turun 1,33% menjadi RM 2.439 per ton dalam dua hari terakhir.
Ariston Tjendra, analis Monex Investindo Futures mengatakan, penurunan CPO yang berlanjut disebabkan pertimbangan The Fed untuk memangkas stimulus moneter hingga akhir 2013.
Namun, menurutnya, CPO masih memiliki potensi kenaikan di kuartal ketiga, mendatang seiring datangnya bulan Ramadan. "Permintaan CPO akan meningkat, sehingga masih ada potensi untuk rebound," ujarnya.
Ariston mengatakan, potensi bullish hanya akan berlangsung pendek. Sebaliknya potensi koreksi akan lebih terbuka. "Tekanan di kuartal tiga masih sangat besar," ujarnya.
Hal ini terlihat dari kondisi perekonomian dunia yang diproyeksikan masih menurun. Ia memperkirakan, harga CPO akan berkisar RM 2220-RM 2530 per metrik ton pada kuartal ketiga hingga akhir tahun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News