Reporter: Aldo Fernando | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan, Rabu (30/1). Dengan hasil ini, suku bunga acuan The Fed tertahan di rentang 2,25%-2,5%. Analis berpendapat, pandangan dovish the Fed membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), rupiah dan indeks global menguat hari ini (31/1).
Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji menilai, Gubernur The Fed Jerome Powell telah memberikan pernyataan dovish seiring dengan penetapan tingkat suku bunga the Fed sebesar 2,5%. Ia menilai, The Fed tidak akan menaikkan tingkat suku bunga acuan dengan agresif untuk tahun ini. “Dovish statement tersebut membuat IHSG dan rupiah menguat,” kata Nafan kepada Kontan.co.id, Kamis (31/1).
Di samping itu, sambung Nafan, stabilitas fundamental makroekonomi domestik yang inklusif dan berkesinambungan ikut memberikan dampak positif bagi meningkatnya capital inflow yang mengalir ke pasar modal tanah air. “Besok akan ada data inflasi beserta PMI Manufaktur di tanah air, jika hasilnya di atas ekspektasi maka tentunya akan memberikan katalis positif bagi IHSG,” tambah Nafan.
Senada, Head of Research Lotus Andalan Sekuritas Krishna Setiawan berpendapat, keputusan The Fed mempertahankan suku bunganya berdampak positif bagi bursa global dan IHSG serta nilai tukar rupiah. “Kalau kita lihat dari nilai tukar rupiah untuk pertama kalinya bisa di bawah Rp 14.000. Dan memang apa yang menjadi keputusan Federal Open Market Committee (FOMC) sudah menjadi harapan semua pelaku pasar,” jelas Krishna kepada Kontan.co.id, Kamis (31/1).
Krishna menambahkan, dampak tersebut tidak hanya bagi pasar di negara berkembang, bahkan AS juga menginginkan hal tertahannya suku bunga acuan. “Seperti kita tahu, Presiden AS Donald Trump sudah sejak setahun itu ngomel-ngomel terus, seperti misalnya, ia meminta The Fed untuk jangan naikkin suku bunga terlalu ketat. Nyatanya, The Fed mau mendengarkan concern investor, market dan juga Trump,” jelas Krishna.
Dampak pernyataan dovish The Fed tersebut, Krishna menilai, lebih menguntungkan Indonesia. Hal ini karena nilai tukar rupiah ikut menguat seiring tertahannya suku bunga acuan The Fed. “Kalau rupiah menguat, sebagian besar aspek perekonomian akan sangat terbantu,” ujarnya.
Kepala Riset Narada Aset Manajemen Kiswoyo Adi Joe juga menegaskan dampak positif hasil rapat FOMC terhadap indeks global dan IHSG. “Ketika The Fed menahan suku bunga, dollar melemah dan dampaknya langsungnya, rupiah akan menguat,” ujar Kiswoyo kepada Kontan.co.id, Kamis (31/1).
Dampak lanjutannya, kata Kiswoyo, IHSG akan menguat dan investor akan lebih berani masuk ke Indonesia. “Karena mereka menganggap bahwa jika The Fed tidak menaikkan suku bunga berarti ada tanda-tanda pertumbuhan AS tidak akan tinggi lagi atau mungkin cenderung menurun. Jadi akhirnya pelaku pasar mencari negara emerging market yang bisa memberikan profit atau gain yang lebih besar,” jelasnya.
Nafan dan Krishna memprediksi, sentimen tertahannya suku bunga acuan The Fed ini akan mewarnai kinerja bursa sampai rapat FOMC berikutnya, Maret 2019. “Untuk jangka pendek (temporer) dampaknya akan bagus, hingga diperkirakan bahwa The Fed akan mulai menaikkan suku bunga acuan pada Maret 2019 nanti,” jelas Nafan.
Sementara Kiswoyo, selain bisa bertahan sampai rapat The Fed selanjutnya, ia bilang, sentimen hasil rapat The Fed bisa memengaruhi IHSG sampai rilis data pertumbuhan ekonomi kuartal keempat AS pada Februari mendatang.
Nafan memprediksi, IHSG akan mencapai level 6.675 sampai akhir tahun, sedangkan Kiswoyo mematok IHSG pada level 7.000 di akhir tahun. Nafan memproyeksikan, rupiah berada di level Rp 13.363,5 sampai akhir tahun. Sementara Kiswoyo memprediksi rupiah di level 14.000 sampai akhir 2019.
Krishna memperkirakan, di akhir tahun IHSG akan mencapai 7.100 dan rupiah Rp 14.000 per dollar AS.
Hari ini (31/1), IHSG kembali melanjutkan penguatannya sebesar 68,78 poin atau 1,06% ke level 6.532,97. Indeks Dow Jones kemarin pun menguat 1,77% ke level 25.014,86, Nasdaq menguat 2,20% ke level 7.183,08 dan Indeks S&P 500 menguat 1,55% ke posisi 2.681,05.
Sejumlah bursa di Asia juga menghijau, seperti Indeks Nikkei 225 menguat 1,06% ke level 20.773,49. Indeks Hang Seng juga menaik 1,08% ke level 27.942,47, Indeks Shanghai menguat 0,35% ke posisi 2.584,57,dan Indeks Strait Times menguat 0,50% ke level 3.190,17 pada hari ini (31/1).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News