Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga emas turun lebih dari 1% atau lebih tepatnya 1,66% ke US$ 1643. Penurunan tersebut menjadi level terendah sejak April 2020, pada hari Jumat (23/9).
Harga emas Spot menuju penurunan mingguan kedua berturut-turut sekitar 1,8%. Sedangkan, emas berjangka AS turun 1,5% menjadi US$1.655.
Research & Education Coordinator Valbury Asia Futures Nanang Wahyudin menilai, penurunan harga emas tersebut tertekan oleh dolar yang kuat dan peningkatan imbal hasil obligasi Amerika Serikat (AS) ke level 3,8%.
Ditambah lagi, kekhawatiran masyarakat imbas kenaikan suku bunga AS mengurangi daya tarik emas. "Dolar melonjak 0,9% ke level tertinggi baru dua dekade terhadap para pesaingnya, membuat emas kurang menarik bagi pemegang mata uang lainnya," ucap Nanang kepada Kontan.co.id, Minggu (25/9).
Baca Juga: Harga Emas Pegadaian Dibuka Melemah Awal Pekan Ini, Senin (26/9)
Nanang menilai, kondisi emas turut dipengaruhi imbal hasil US Treasury (tenor 10 tahun) yang mencapai puncaknya sejak 11 tahun.
Sejumlah bank sentral termasuk Federal Reserve AS (The Fed) dan Bank of England (BoE) telah menaikkan suku bunga, untuk menjinakkan inflasi dan juga memicu kekhawatiran resesi global.
Sementara emas dianggap sebagai investasi yang aman selama masa ketidakpastian politik dan keuangan, kenaikan suku bunga menumpulkan daya tariknya karena tidak menghasilkan bunga.
"Emas masih cukup sulit untuk menguat karena memang agresivitas suku bunga The Fed masih tinggi dan memicu kenaikan yield AS pun terus menjulang," jelas Nanang.
Hal inilah, lanjut Nanang, yang membuat emas sulit untuk bangkit. Emas diperkirakan tengah mencoba untuk menguji area support 1625 dan 1611, ancaman penutupan di bawah 1.611 akan menekan emas lebih dalam lagi ke 1.575 dan 1.550.
Baca Juga: Harga Emas Spot ke Level Terendah Lebih dari 2 Tahun
Sebaliknya, potensi rebound emas juga sebenarnya bisa terjadi dengan mengacu pada resisten 1650 dan 1680. Potensi rebound akan tercipta jika Fed sudah mengurangi porsi kenaikan suku bunga yang saat ini relevansi pada zona 75-100 bps.
Menurut Nanang, apabila suku bunga turun di angka 50 Bps bahkan ke 24 Bps maka ruang rebound akan terjadi pada emas, karena momentum profit taking dolar AS terbentuk di sana.
Selain itu, dengan indeks dolar AS saat ini di 113, sebenarnya cukup kuat bagi US$ untuk ke zona 119-120. Dan diperkirakan area tersebut akan tercapai. "Jadi emas akan dipengaruhi oleh bagaimana persentase kenaikan suku bunga Fed," imbuh Nanang.
Analis DCFX Futures Lukman Leong menambahkan, harga emas terus tertekan dan semakin mengukuhkan posisi dolar AS akibat ekspektasi suku bunga the Fed yang meningkat belakangan ini. Serta, data inflasi AS yang lebih tinggi dari perkiraan.
Kendati demikian, Lukman bilang, sentimen positif masih bisa mendukung harga emas yang diharapkan dari pembelian fisik bank sentral terutama China, Rusia dan India. Sedangkan paper investor masih akan terus menghindari emas.
"Ancaman resesi dan perang berkepanjangan di Ukraina juga masih menopang harga emas," ungkapnya.
Dengan kondisi tersebut, Lukman memproyeksikan harga emas masih berpotensi melemah hingga 1.550-1.600.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News