Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sentimen eksternal diprediksi menyeret pergerakan rupiah spot hari ini (18/6). Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan, outlook ekonomi dari Federal Reserve yang suram menjadi penghambat utama penguatan rupiah.
Meskipun begitu, dukungan stimulus moneter dari bank sentral AS ini diharapkan mampu mencegah skenario resesi ekonomi yang lebih dalam. Hal tersebut dapat membuat pelemahan mata uang Garuda lebih terbatas.
Tetapi, pelaku pasar kembali mewaspadai risiko gelombang kedua Covid-19. Terlebih, sedikitnya enam negara bagian AS kembali cetak kenaikan jumlah kasus baru virus corona. Selain itu, China juga kembali melakukan pembatasan sosial di wilayah Beijing.
Baca Juga: Kurs dollar rupiah hari ini: Masih anteng di level Rp 14.000
Tekanan bagi rupiah juga datang dari dalam negeri. Proyeksi ekonomi Kementerian Keuangan untuk kuartal kedua yang kontraksi 3,1% juga menjadi beban. "Strategi untuk mengumumkan proyeksi ekonomi sebelum BPS merilis data PDB kuartalan merupakan strategi untuk meredam kepanikan pasar," lanjut Bhima.
Dia pun menyadari bahwa tidak sedikit yang skeptis terhadap prospek ekonomi ke depan, apakah ekonomi di kuartal III-2020 dan kuartal IV-2020 akan segera pulih melalui pelonggaran PSBB.
"Selain itu realisasi stimulus dunia usaha yang masih lambat di kisaran 6,8% menjadi sentimen negatif di pasar," jelas Bhima.
Karena itu, dia memperkirakan, rupiah pada hari ini akan bergerak melemah di kisaran Rp 14.080-Rp 14.120 per dolar AS.
Asal tahu saja, pada penutupan perdagangan Rabu (17/6), rupiah spot ditutup naik 0,05% menjadi Rp 14.083 per dolar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News