kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Terseret profit taking, penurunan harga saham pemberat IHSG ini hanya sementara


Minggu, 13 Januari 2019 / 09:19 WIB
Terseret profit taking, penurunan harga saham pemberat IHSG ini hanya sementara


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Beberapa saham LQ45 masuk ke dalam daftar saham laggard atau pemberat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dalam dua pekan pertama 2019. Namun, analis memprediksi, penurunan harga beberapa saham itu  hanya sementara. Sebab, penurunan harga saham tersebut lebih karena sentimen jangka pendek.

Analis BNI Sekuritas William Siregar mengatakan, beberapa sentimen tersebut yakni adanya aksi profit taking di pasar dan dampak dari rencana penetapan aturan free float per Februari 2019 oleh Bursa Efek Indonesia (BEI).

Beberapa saham LQ45 seperti INTP, TPIA, ICBP dan GGRM masuk ke dalam daftar 10 saham pemberat IHSG 2019. Selain itu, beberapa saham seperti BYAN, MKPI, INAF dan SMRU mencatatkan pelemahan lebih dari 10%, berdasarkan data di laman resmi BEI, Kamis (10/1).

"Itu hanya sentimen sentimen jangka pendek, sejauh ini saya belum lihat ada katalis negatif yang akan membuat mereka harus turun terus," kata William kepada Kontan.co.id, Jumat (11/1).

Apalagi, sektor konsumsi di 2019 menjadi salah satu sektor yang paling menarik. Jadi, kalau ada penurunan saham barang konsumsi dan masuk daftar saham laggard dalam dua pekan terakhir, cenderung karena sentimen profit taking dan free float.

Dalam daftar 10 saham pemberat IHSG 2019 per Kamis (11/1) terdapat tiga saham sektor konsumsi, yakni ICBP, GGRM dan ULTJ. Dari ketiga saham tersebut, William belum merekomendasikan ICBP, lantaran kenaikan harga gandum dunia berpotensi menggerus margin perusahaan itu. Ditambah lagi, adanya penetrasi persaingan persaingan produk baru seperti mie instant yang berpeluang memberikan tekanan tambahan.

Sedangkan untuk GGRM dan ULTJ masih memiliki prospek positif dan menarik dilirik investor di tahun ini. Untuk GGRM, William merekomendasikan akumulasi beli dengan target harga Rp 99.000 per saham.

Di sisi lain, William mengakui beberapa valuasi saham sektor konsumsi masih tinggi, namun secara sektoral kinerja saham sektor konsumsi masih menawarkan potensi upside tahun ini. Terlebih, jika berkaca pada kinerja sektoral di tahun lalu yang cenderung turun signifikan.

William mengatakan, ada empat sentimen positif yang mampu mendorong pertumbuhan sektor konsumsi di 2019. Sentimen tersebut di antaranya, tarif cukai tetap di tahun ini, penetrasi bantuan sosial yang meningkat dan bakal mendorong konsumsi masyarakat, kenaikan rata rata gaji pekerja disertai inflasi rendah dan penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) di 2018.

"Tahun ini, daya beli masyarakat akan cukup terjaga dan saham saham konsumer masih prospektif, meskipun beberapa belum akan meningkat signifikan seperti UNVR dan MYOR," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×