kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.054   70,31   1,01%
  • KOMPAS100 1.055   14,74   1,42%
  • LQ45 829   12,18   1,49%
  • ISSI 214   1,21   0,57%
  • IDX30 423   6,92   1,66%
  • IDXHIDIV20 509   7,37   1,47%
  • IDX80 120   1,71   1,44%
  • IDXV30 125   0,84   0,68%
  • IDXQ30 141   1,97   1,42%

Menakar prospek saham yang masuk daftar saham pemberat IHSG


Minggu, 13 Januari 2019 / 08:29 WIB
Menakar prospek saham yang masuk daftar saham pemberat IHSG


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatakan penguatan dalam dua pekan pertama tahun ini. Sejak awal tahun hingga akhir perdagangan Jumat (11/1), IHSG  telah menguat 2,7% ke level 6.361,46. Meski IHSG naik, beberapa saham di LQ45 harganya justru menurun dan menjadi pemberat IHSG alias masuk kategori saham laggard

Beberapa saham LQ45 seperti INTP, TPIA, ICBP dan GGRM masuk dalam daftar 10 saham pemberat IHSG 2019. Selain itu, beberapa saham seperti BYAN, MKPI, INAF dan SMRU mencatatkan pelemahan harga lebih dari 10%, berdasarkan data di Bursa Efek Indonesia (BEI) per Kamis (10/1).

Analis Semesta Indoves Sekuritas Aditya Perdana Putra mengatakan, banyak faktor yang bisa mendasari penurunan saham saham tersebut. Diantaranya, seperti faktor internal perusahaan yang kurang melakukan aksi korporasi, valuasi saham yang terlanjur mahal, adanya aksi profit taking dan juga rebalancing dari beberapa institusi. Faktor dari sektor saham juga turut berdampak pada penurunan beberapa saham tersebut, serta minimnya sentimen penopang dari sisi dividen.

"Hal ini tidak dapat dijadikan patokan dan terlalu dikhawatirkan, karena ini baru dua minggu pertama 2019, belum bisa jadi patokan bahwa saham-saham tersebut akan terus laggard (melemah) selama 2019," kata Aditya kepada Kontan, Jumat (11/1).

Menurutnya, selama fundamental perusahaan tersebut masih baik, dengan mencerminkan adanya kenaikan penjualan margin dan laba bersih. Apalagi, jika utang mengecil dan memiliki aksi korporasi positif seperti rights issue, dividen, sentimen kebijakan sektoral,  Aditya optimistis prospek perusahaan tersebut cukup baik.

Namun, investor juga perlu memperhatikan sentimen sektoral saham saham tersebut. Misal, ketika muncul kebijakan pemerintah yang bersifat memberatkan sektoral, itu akan menjadi sentimen negatif bagi saham saham laggard.

Secara umum, Aditya optimistis prospek saham laggard tersebut, terutama saham sektor konsumer akan positif di tahun ini. Itu karena, spending atau belanja pemerintah diperkirakan naik, diikuti bantuan sosial (bansos) di awal tahun dan inflasi yang diprediksi cukup rendah.

"Dengan syarat tidak ada penyesuaian tarif di Semester I 2019. Saham ICBP dan GGRM akan positif dan memiliki potensi yang bagus hingga semester I 2019," ujarnya.

Untuk bisa masuk ke saham ICBP dan GGRM, Aditya menyarankan investor untuk mulai mencicil beli saham. Khususnya ketika terjadi koreksi, dengan pertimbangan adanya potensi kenaikan harga hingga semester I 2019.

"Untuk saham-saham (laggard) lainnya menarik dari sisi trading saja, mengikuti arus berita positif jika memang ada. Jika muncul berita positif saham saham diluar ICBP dan GGRM bisa masuk menggunakan strategi swing trading," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×