Reporter: Rashif Usman | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,38% ke level 6.638,45 pada Jumat (14/2). Namun, dalam sepekan IHSG masih terjerembab 1,54%.
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana mengatakan selama sepekan IHSG terkoreksi 1,54% hingga Jumat (14/2).
Herditya bilang, pergerakan IHSG tersebut dipengaruhi sejumlah sentimen. Pertama, rilis data inflasi Amerika Serikat di Januari 2025 yang meningkat menjadi 3% YoY dan berada di atas ekspektasi konsensus.
“Kedua, adanya peningkatan inflasi, maka The Federal Reserves akan cenderung hawkish ke depannya dan diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuannya,” kata Herditya kepada Kontan, Jumat (14/2).
Ketiga, nilai tukar rupiah juga masih cenderung bergejolak terhadap dolar Amerika Serikat. Keempat, outflow yang masih terjadi pada IHSG cenderung menekan emiten-emiten berkapitalisasi besar.
Vice President Marketing, Strategy and Planning Kiwoom Sekuritas Indonesia Oktavianus Audi menambahkan, IHSG bergerak sudah mulai sideways dalam rentang level 6.500-6.700 dengan indikator RSI dan MACD yang bergerak melandai.
Tekanan asing masih cukup deras dengan terjadi net sell sebesar Rp 3 triliun dalam sepekan terakhir.
Audi bilang sentimen yang mempengaruhi IHSG dalam sepekan berasal dari testimoni Jerome Powell yang melihat pemangkasan suku bunga lebih hati-hati meski ada tekanan dari presiden Trump.
"Sehingga narasi higher for longer semakin mencuat di pasar dengan mendorong demand aset safe haven," ujar Audi kepada Kontan Jumat (14/2).
Tercatat emas yang merupakan aset safe haven mencetak rekor dengan mulai bergerak di atas US$ 2.930 per troy ounce.
Proyeksi Senin (17/2)
Audi memproyeksikan IHSG pada Senin (17/2) bergerak mixed cenderung terbatas dalam rentang level support 6.560 dan resistance 6.737, di mana IHSG saat ini sudah mulai keluar dari zona jenuh jual.
Ada sejumlah sentimen yang bakal memengaruhi pergerakan IHSG mendatang, antara lain, pasar menantikan rilis data neraca dagang yang diperkirakan surplus sebesar US$ 2,2 miliar atau menyusut dari bulan sebelumnya. Hal ini cenderung akan direspon moderat oleh pasar.
Selain itu, pasar juga tengah menantikan kebijakan tarif Trump, yang saat ini sudah mulai lebih melonggar, di mana reciprocal trade mungkin tidak dalam waktu dekat diterapkan.
"Kami berpandangan ini akan membuat pasar lebih cooling down ditengah tensi ketidakpastian yang sempat meningkat di pekan lalu," tutup Audi.
Selanjutnya: DeepSeek Bantu Dorong Rotasi Dana Asing Kembali ke Pasar Saham China
Menarik Dibaca: Tren Warna Ruang Tamu 2025 yang Menjadi Favorit Para Desainer
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News