Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja keuangan PT Indosat Tbk (ISAT) di kuartal I 2018 menurun. Meningkatkan pendapatan rata-rata per pelanggan (ARPU) dan kualitas jaringan jadi pekerjaan rumah ISAT ke depan dalam menggenjot kinerja untuk jadi lebih baik.
Laporan keuangan Indosat periode kuartal I 2018 menunjukkan pendapatan turun 22% secara year on year (yoy) menjadi Rp 5,7 triliun. Sementara, laba periode berjalan tercatat rugi Rp 465 miliar.
Etta Rusdiana Putra Analis PT Kresna Securities mengatakan kinerja keuangan ISAT di periode awal tahun mengecewakan karena jumlah diskon yang ISAT keluarkan melebihi ekspekstasinya. Di laporan keuangan tercatat jumlah diskon dan program loyalitas pelanggan mencapai Rp 1,6 triliun lebih besar dari jumlah diskon yang dikeluarkan di tahun sebelumnya, yaitu Rp 1,2 triliun atau naik 35%.
Selain itu, kinerja keuangan ISAT turun karena terdampak dari registrasi sim card.
Etta memproyeksikan kinerja ISAT bisa membaik bila fokus meningkatkan ARPU dan kualitas jaringannya. Menurut Etta, selama ini ISAT terjebak dalam menawarkan kuota internet besar dengan harga murah yang terlihat dari promosi "Youtube Tanpa Batas".
Namun, saat ini ISAT sedang melakukan strategi baru dengan promo paket internet mulai dari Rp 5.000 untuk tiga hari. Etta mengatakan strategi tersebut bisa menaikkan ARPU. "Kami memegang pandangan positif dari strategi baru tersebut," kata Etta, kepada KONTAN, Kamis (12/7).
Selanjutnya, Etta mengatakan perlu bagi ISAT untuk meningkatkan kualitas jaringan internetnya dengan melakukan rekonfigurasi jaringan.
"Karena untuk menambah jaringan membutuhkan capex (belanja modal) yang besar ISAT bisa fokus menambah jaringan di kota yang membutuhkan data layanan besar seperti di Jabodetabek," kata Etta.
Ke depan, Etta memproyeksikan tren daya beli akan beralih ke pembelian data sepuasnya. Etta pun melihat keputusan ISAT untuk menaikkan tarif data internet sebesar 10% bisa jadi katalis positif. Namun, demi mempertahankan pelanggan dengan kebutuhan data internet yang tinggi maka ISAT juga harus mendukung hal tersebut dengan menambah kualitas jaringan yang mumpuni.
Inav Haria Chandra Analis PT OCBC Sekuritas Indonesia menambahkan jika dibandingkan dengan kompetitor jaringan ISAT tidak cukup kuat untuk menarik pelanggan.
"Bahkan, ISAT harus menurunkan harga di bawah kompetitor untuk menjaring pelanggan, tetapi di satu sisi strategi tersebut berisiko membuat ARPU menurun dan jadi dikorbankan di saat pelanggan ISAT juga tidak tumbuh signifikan," kata Inav dalam riset 29 Juni 2018.
Berdasarkan pemberitaan KONTAN, 9 Juli 2018 ISAT tengah memperkuat dan mulai berbenah memperkuat jaringan infrastruktur dengan meningkatkan jaringan 4G di Pulau Jawa. Hal ini dilakukan dengan menggunakan 80% belanja modal atau capital expenditure (capex) yang nilainya sebesar Rp 8 triliun.
Di sisi lain, Inav mencatat dengan capex tahun ini sebesar Rp 8 triliun maka membuat free cash flow (FCF) Indosat di tahun ini kurang dari Rp 500 miliar.
Sementara, rata-rata FCF sejak tahun 2015-2017 sebesar Rp 2 triliun. "Dalam pandangan kami, FCF mungkin berubah negatif dan tingkat utang akan naik lagi jika kinerja tetap lemah untuk sisa tahun ini," kata Inav.
Sementara, Inav bisa mengubah pandangan jadi positif untuk ISAT bila, perusahaan menjual aset berupa 9.000 menara yang diperkirakan seharga Rp 15 triliun hingga Rp 20 triliun. Namun, hasil penjualan menara bisa signifikan membantu ISAT meningkatkan neraca dan di saat yang sama menyempitkan kesenjangan jaringan dengan kompetitor.
Hingga akhir tahun ini, Inav merekomendasikan hold saham ISAT di target harga Rp 3.400 per saham.
Sementara, Etta masih optimistis merekomendasikan buy saham ISAT di target harga Rp 6.575 per saham dengan pertimbangan ISAT akan melakukan efisiensi dengan menambah jaringan dan ARPU meningkat dengan strategi promosi baru.
Senada, Giovanni Dustin juga merekomendasikan buy saham ISAT di target harga 6.400 per saham berdasarkan riset 8 Mei 2018.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News