Reporter: Achmad Jatnika | Editor: Noverius Laoli
Natalia melihat, dalam anggaran pemerintah tahu 2022, tidak dirinci proporsi penerimaan dari cukai hasil tembakau dan cukai lainnya. Akan tetapi, dalam beberapa tahun terakhir, cukai hasil tembakau memberikan 95%-97% dari total penerimaan cukai pemerintah.
Sebelumnya, dalam pandangannya, dengan asumsi pemulihan ekonomi akan berlanjut di kuartal III/2021, dan seterusnya, PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) dan PT Gudang Garam Tbk (GGRM) secara bertahap akan mengenakan cukai yang lebih tinggi untuk mempertahankan margin.
Namun, dengan adanya pembatasan sosial di kuartal III/2021, maka ini membuat produsen rokok kesulitan untuk menaikkan harga di tengah daya beli yang lemah.
Baca Juga: Grup Band dan Pengusaha Mulai Keranjingan Bisnis Rokok Elektronik
Natalia memandang, ketidakmampuan produsen rokok untuk mengenakan pajak cukai yang lebih tinggi akan memberikan tekanan pada pendapatan mereka di masa mendatang.
Natalia menaksir, walaupun prospeknya sedang tidak menarik, ia percaya valuasi sektor emiten rokok sudah berada di bawah, maka ia mempertahankan netral di sektor ini. di antara GGRM dan HMSP, ia menilai HMSP lebih menarik, karena portofolio produknya yang lebih luas, sehingga dapat memenuhi permintaan di perdagangan yang sedang lemah.
Natalia merekomendasikan HMSP hold dengan target harga Rp 1.340 per saham, sedangkan GGRM direkomendasikan hold dengan target harga Rp 32.000 per saham.
Selanjutnya: Mirae Asset rekomendasikan trading buy HMSP seiring proyeksi cukai SKT tidak naik
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News