Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA) sedang menerbitkan obligasi berkelanjutan II tahap I tahun 2024 dengan jumlah pokok hingga Rp 1 triliun. Masa penawaran awal berlangsung pada 9 - 24 September 2024.
Masa penawaran umum diperkirakan pada 22 - 24 Oktober 2024, dengan jadwal pencatatan di Bursa Efek Indonesia pada 30 Oktober 2024. Dalam penerbitan obligasi HRTA ini, Credit Guarantee and Investment Facility (CGIF) bertindak sebagai penanggung.
CGIF merupakan lembaga dana perwalian (trust fund) dari Asian Development Bank (ADB). Direktur Investor Relation Hartadinata Abadi, Thendra Crisnanda mengungkapkan bahwa kehadiran CGIF menjadi pembeda dari penerbitan obligasi sebelumnya.
Bersamaan dengan itu, rating HRTA meningkat dari A menjadi AAA. "Hal tersebut mendorong perseroan untuk mendapatkan pendanaan, untuk kebutuhan modal kerja dan refinancing serta penghematan bunga yang berimplikasi positif bagi kinerja Perseroan," kata Thendra kepada Kontan.co.id, Selasa (10/9).
Baca Juga: Rekomendasi Saham Emiten Emas yang Menambah Cadangan dan Dongkrak Penjualan
Merujuk prospektus, HRTA akan memakai dana dari penerbitan obligasi ini untuk dua keperluan. Pertama, HRTA mengalokasikan dana sebesar Rp 480 miliar untuk pelunasan sebagian pokok obligasi berkelanjutan I tahap I-2019. Kedua, untuk keperluan modal kerja.
Model kerja tersebut ditujukan untuk manufaktur produk emas perhiasan dan batangan, persediaan di toko-toko HRTA, serta perluasan toko ritel emas milik sendiri. "Perseroan akan terus berinovasi dari sisi produk dan konsisten mengembangan jaringan pemasaran baik dengan partnership maupun membangun toko ritel milik sendiri," imbuh Thendra.
Strategi ekspansi HRTA di pasar domestik adalah memperbanyak kemitraan dan mengejar penambahan jaringan toko ritel milik sendiri, sehingga secara total bisa menjadi 100 toko pada tahun 2024. Untuk pasar ekspor, HRTA sedang memperluas negara tujuan.
Selain ke pasar India dan Dubai, HRTA terus menjajaki ekspor ke pasar Asia Tenggara, Eropa dan Amerika Serikat. "Beberapa negara Asia sudah terealisasi tapi belum dalam volume yang sebesar India dan Dubai. Sedangkan lainnya masih tahap penjajakan," terang Thendra.
Guna memuluskan rencana tersebut, pada tahun ini HRTA menyiapkan belanja modal (capex) sebesar Rp 80 miliar. Capex akan dialokasikan untuk pembangunan kantor pusat HRTA, pembelian mesin produksi dan sarana penunjang kendaraan untuk mendukung aktivitas bisnis perusahaan.
Hingga semester I-2024, HRTA telah merealisasikan sekitar 56% dari anggaran capex. Secara bersamaan, HRTA melakukan efisiensi dan efektifitas dari produksi dan pengelolaan, dimana HRTA secara konsisten menurunkan biaya bunga atau Cost of Fund (CoF).
Dengan sejumlah strategi tersebut, pada tahun ini Thendra optimistis HRTA bisa mencapai pertumbuhan pendapatan di level 30% dan laba bersih sebesar 15% secara tahunan. "Secara moderat, Perseroan optimis untuk dapat melanjutkan tren all time high performance di akhir tahun 2024," tandas Thendra.
Pada periode separuh pertama tahun ini, top line dan bottom line HRTA kompak menanjak. HRTA mendulang penjualan senilai Rp 8,24 triliun atau melonjak sebanyak 33,54% ketimbang capaian Rp 6,17 triliun per semester I-2023.
HRTA meraih laba bersih sebesar Rp 205,62 miliar pada semester I-2024. Meningkat 10,82% dibandingkan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk HRTA pada semester I-2023 sebesar Rp 185,53 miliar.
Rekomendasi Saham
Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas melihat HRTA punya prospek menarik di tengah tingginya permintaan emas dan strategi bisnis yang sedang dijalankan. Hal ini berpotensi mendorong pertumbuhan kinerja, terutama dari sisi top line.
Catatan Sukarno, level pertumbuhan bottom line HRTA tidak setinggi top line-nya. Sehingga perlu dicermati kenaikan beban yang dapat menekan rasio profitabilitas. Dus, penerbitan obligasi kali ini bisa membawa dampak positif.
Sebab, salah satu tujuannya adalah untuk membayar sebagian pokok obligasi dari penerbitan tahun 2019. "Hal ini akan memperbaiki rasio beban bunga karena kupon yang ditawarkan potensi lebih kecil di tengah proyeksi penurunan suku bunga," kata Sukarno kepada Kontan.co.id, Selasa (10/9).
Baca Juga: Perluas Ekspor, Hartadinata (HRTA) Bidik Pasar Perhiasan Amerika dan Eropa
Dari sisi pergerakan saham, Sukarno menilai HRTA masih dalam kondisi sideways. Namun secara valuasi saham HRTA masih tergolong undervalued. Sukarno pun menyarankan trading buy dengan mencermati posisi support di Rp 368 - Rp 372 untuk target harga Rp 408 - Rp 416.
Equity Analyst Kanaka Hita Solvera William Wibowo turut melihat HRTA memiliki outlook kinerja yang menarik. Secara teknikal, William menyarankan untuk mengamati peluang buy on weakness dengan support di Rp 340 dan resistance pada level Rp 400 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News