Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten di sektor kesehatan khususnya rumahsakit bertambah di lantai bursa. Selama ini, sektor tersebut hanya diisi dua perusahaan, yaitu PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk (MIKA) dan PT Siloam International Hospitlas Tbk (SILO).
Nah, kini pilihan investor bertambah. Selain ada PT Royal Prima Tbk (PRIM), kini juga ada PT Medikaloka Hermina Tbk, yang merupakan induk perusahaan Rumahsakit Hermina. Emiten ini melakukan penawaran saham perdana alias initial public offering (IPO) dengan memakai kode emiten HEAL.
Direktur Utama HEAL Hasmoro mengatakan, langkah RS Hermina melakukan IPO menjadi tonggak strategi jangka panjang untuk memperluas jangkauan pelayanan, menghasilkan pertumbuhan yang berkelanjutan dan meningkatkan layanan kesehatan.
Asal tahu saja, dari hajatan tersebut, HEAL berhasil memperoleh dana Rp 1,3 triliun. Perusahaan ini juga sudah mengalokasikan pemakaian dana tersebut. 25% akan digunakan untuk menambah rumahsakit baru. Lalu 25% sisanya akan digunakan untuk membeli alat medis.
Perusahaan ini juga akan menggunakan 38% dana hasil IPO untuk membayar utang. Sisanya, yakni 12% dari dana penawaran saham perdana, akan digunakan untuk mendanai kebutuhan operasional.
Penambahan rumahsakit baru jadi ekspansi utama perusahaan ini. Asal tahu saja, kini jumlah RS Hermina mencapai 28 bangunan.
Rumahsakit baru
Pasca IPO, HEAL berniat membangun empat rumahsakit anyar di tahun ini. Direktur Independen HEAL Aristo Setiawidjaja menambahkan, dari empat rumahsakit baru yang hendak dibangun tahun ini, sudah ada satu yang berhasil beroperasi di akhir April 2018 lalu. Rumahsakit baru tersebut berlokasi di Samarinda, Kalimantan Timur.
Selanjutnya, dua rumahsakit baru lainnya bakal dibangun di Palembang dan Padang. Aristo menambahkan, rumahsakit baru ini bisa beroperasi pada kuartal III-2018.
Nah, untuk rumahsakit keempat ditargetkan dibuka tahun ini. Tapi Aristo masih enggan menjelaskan, di mana lokasi rumahsakit keempat tersebut. "Kami akan informasikan mendekati selesainya proses pembukaan rumahsakit tersebut, kini ada beberapa pembangunan rumahsakit, jadi tergantung mana dahulu yang proses penyelesaiannya lebih cepat," terang dia.
Setiap pembangunan rumahsakit membutuhkan dana sebesar Rp 110 miliar. Artinya, HEAL membutuhkan dana kurang lebih Rp 440 miliar untuk membangun rumahsakit baru. Dalam tiga tahun kedepan HEAL berencana membangun 12 rumahsakit baru.
Dari sejumlah rumahsakit yang telah beroperasi, enam di antaranya merupakan rumahsakit umum kelas B dan sisanya adalah rumahsakit umum kelas C. "Pada umumnya, semua rumahsakit yang kami bangun awalnya adalah rumahsakit umum kelas C," jelas Aristo.
Dengan bertambahnya jumlah rumahsakit yang beroperasi, Aristo merencanakan kapasitas tempat tidur yang HEAL miliki bisa bertambah sekitar 200 tempat tidur lagi di tahun ini. Saat ini, RS Hermina sudah memiliki sekitar 3.100 tempat tidur.
Penambahan tempat tidur tersebut berasal dari masing-masing rumahsakit baru yang akan beroperasi di tahun ini. Diperkirakan, satu rumahsakit akan menambah 50 tempat tidur. Selain itu, tempat tidur juga akan bertambah dari penambahan tempat tidur pada rumahsakit yang sudah beroperasi sebelumnya.
Sebagai rumahsakit yang terkenal dengan layanan kesehatan bagi Ibu dan Anak, dana hasil IPO juga akan digunakan untuk melengkapi peralatan medis di jenis layanan spesialis lainnya. "Kami perlu membeli alat medis yang mendukung dokter spesialis bidang lain agar dapat memberikan layanan yang lebih komprehensif bagi pasien," tambah Aristo.
Sementara ini, HEAL belum berencana untuk melakukan aksi korporasi lainnya. Namun, perusahaan jasa kesehatan ini sedang mengevaluasi kemungkinan akuisisi rumahsakit di beberapa daerah.
Melihat jumlah rumahsakit di Indonesia yang tergolong rendah jika dibandingkan dengan jumlah populasi, Aristo memprediksi prospek industri ini masih menjanjikan. "Pengeluaran kesehatan masih sangat rendah jika dibandingkan dengan negara dalam tingkat ekonomi yang sejajar," kata Aristo.
Namun, Aristo menyadari ada tantangan di industri ini, yakni keterbatasan tenaga medis, terutama jumlah dokter spesialis. Menurut catatan Aristo, saat ini jumlah dokter spesialis hanya tumbuh sekitar 700-800 dokter spesial per tahunnya. "Hal tersebut menjadi competitive advantage bagi Hermina yang memiliki kemampuan untuk merangkul dan bermitra dengan dokter," tegas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News