Reporter: Sinar Putri S.Utami | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Setelah berhasil menembus level 5.500, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan masih akan bergerak menguat. Jumat (6/2) ini IHSG naik 1,17% dibandingkan hari sebelumnya menjadi 5.514,78. Tercatat selama sepekan IHSG menguat 1,18%.
Para analis menilai, pergerakan selama sepakan ini lebih didominasi oleh sentimen dalam negeri. Lanjar Nafi Taulat, Analis Reliance Securities mengatakan dari awal hingga akhir pekan data ekonomi domestik menunjukkan hasil yang positif. Seperti dari data neraca perdagangan, inflasi yang mencatatkan deflasi dan tumbuhnya uang beredar 15,3% year on year (yoy) di Januari 2015.
Tak hanya itu, Analis Net Sekuritas Fadli juga mengatakan data ekonomi lain yang dirilis seperti cadangan devisa negara juga menjadi katalis positif bagi pergerakan indeks. Kemarin data cadangan devisa dicatat naik US$ 1,3 miliar di Februari 2015 menjadi US$ 115,2 miliar. "Data tersebut menjadi pendorong IHSG untuk naik ke level tertingginya," katanya.
Lanjar juga bilang, data tersebut semakin memperkuat rasa optimisme investor asing. Terbukti di akhir pekan, investor asing kembali mencatat net buy senilai Rp 165,76 miliar setelah sehari sebelumnya melakukan net sell Rp 208,21 miliar. "Investor lokal juga terlihat sudah mulai mencatatkan aksi beli setelah di awal pekan melakukan aksi profit taking," terangnya kepada KONTAN.
Jika menengok selama sepekan, IHSG sempat sempat terkoreksi selama dua hari berturut-turut. Lanjar bilang hal itu wajar terjadi lantaran, ia menilai kenaikan IHSG sudah terlalu tinggi. Serta pelemahannya juga dikarenakan sentimen luar. Yakni, dari Eropa yang saat itu para investor tengah menunggu stimulus apa yang akan dikucurkan demi memperbaiki tingkat ekonomi.
Kemudian, indeks saham kembali menguat di pertengahan minggu dan berakhir dengan menembus rekor baru. Selama sepakan ini juga, sentimen positif datang dari laporan keuangan para emiten hasilnya positif. "Para emiten banyak yang mencatatkan laba yang positif," tutur Lanjar. Padahal seperti diketahui, tahun lalu sebagai tahun tantangan bagi para perusahaan karena dari segi ekonomi dan politik yang kurang stabil.
Sementara dari sentimen luar, IHSG di pekan ini cenderung dipengaruhi oleh Eropa yang akan mulai program quantitative easing (QE) di awal pekan.
Alwy Assegaf, Analis Universal Broker Indonesia mengatakan, penguatan IHSG pekan ini justru ditopang oleh investor asing yang dinilainya cukup agresif mencatatkan aksi beli. "IHSG dapat menguat karena diredam oleh asing yang beli ditengah investor lokal melakukan aksi profit taking," jelasnya.
Lanjar juga menambahkan, investor asing yang sempat satu kali melakukan aksi net sell itu dikarenakan berita regional dimana, China memangkas target pertumbuhan ekonominya. Apalagi beberapa sektor manufaktur Tiongkok juga merilis data yang di bawah ekspetasi.
Nah, untuk pekan depan Alwy dan Lanjar bilang IHSG masih akan diwarnai aksi profit taking, terutama pada investor lokal. Pasalnya, di pekan depan minim data penting yang dapat mempengaruhi laju indeks saham. "Seperti pengumuman BI rate dan lain-lain akan diumumkan pada pekan berikutnya," tukas Alwy.
Keduanya juga sepakat, jika dilihat dari sisi teknikal IHSG justru berpeluang terkoreksi di pekan depan. Lanjar bilang, hal itu terlihat dari bollinger band sudah berada di area upper bollinger. Indikator stochastic pergerakannya bearish dari dua hari sebelumnya dan MACD kenaikannya sudah cukup tinggi dengan histogramnya melemah.
Apalagi candlestick dalam jangka menengah masih menunjukkan pola bearish butterfly harmonic yang mengindikasikan negatif. "Jika dilihat dari pola tersebut IHSG dapat terkoreksi hingga 5.300," tambahnya.
Meski begitu Lanjar melanjutkan, di pekan depan IHSG masih berpeluang untuk mencapai rekor barunya. Hal ini terlihat dari indikator RSI momentumnya bullish di area overbought. Ditambah lagi adanya data dari hasil survey penjualan eceran dalam negeri.
Lalu mengenai pelemahan rupiah yang menembus level Rp 13.000 per dollar Amerika Serikat (AS) para analis menilai, hal ini tak menjadi pemberat bagi laju indeks saham selama sepekan ini. Itu berkat perkataan Bank Indonesia yangmana, level tersebut masih dibatas normal. Lagipula, pelemahan yang terjadi ini tak hanya dirasakan oleh rupiah saja, tapi juga oleh mata uang di negara Asia lainnya.
Untuk pekan depan Lanjar bilang, IHSG akan dipengaruhi dari sentimen luar. Seperti Jepang yang akan merilis data GDP yang diprediksikan positif dan China yang akan merilis data inflasinya.
Dengan demikian Fadli dan Lanjar bilang di pekan depan IHSG masih akan berpeluang naik dan masing-masing bergerak di kisaran5.460-5.600 dan 5.430-5.535. Sedangkan Alwy memperkirakan IHSG masih akan cenderung terkoreksi di pekan depan dengan range 5.460-5.550.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News