Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga tembaga melonjak ke level tertinggi dalam lebih dari dua bulan pada hari Jumat (24/1). Investor menjadi lebih optimistis tentang prospek China setelah komentar dari Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump tentang kemungkinan kesepakatan dengan konsumen logam terbesar dunia tersebut.
Jumat (24/1), harga tembaga tiga bulan di London Metal Exchange (LME) naik 1,1% menjadi US$ 9.332 per metrik ton dalam perdagangan resmi setelah menyentuh level tertinggi sejak 12 November di US$ 9.355,50 per metrik ton.
Dalam sebuah wawancara yang ditayangkan pada Kamis malam, Trump mengatakan bahwa dia lebih suka tidak mengenakan tarif pada China. Dia juga menyebutkan bahwa kesepakatan perdagangan dengan ekonomi terbesar kedua di dunia itu mungkin terjadi.
Komentar tersebut, bersama dengan seruan Trump untuk menurunkan suku bunga, membantu memicu penurunan indeks dolar, menempatkannya di jalur penurunan mingguan terbesar dalam lebih dari setahun.
Baca Juga: Harga Emas Naik Mendekati US$ 2.750, Didorong Kebijakan Tarif Trump
Mata uang AS yang lebih lemah membuat komoditas berdenominasi dolar lebih murah bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain.
Carsten Menke, analis di Julius Baer di Zurich mengatakan bahwa harga tembaga dan logam dasar lainnya mungkin hanya memiliki kenaikan terbatas dalam jangka pendek meskipun ada optimisme di pasar.
"Dengan Trump 2.0, saya pikir ini sedikit lebih rumit, tergantung pada seberapa cepat lawan ingin membuat konsesi," kata Menke seperti dikutip Reuters.
Menke memperkirakan bahwa tarif bukan tentang meningkatkan posisi fiskal AS atau tentang perdagangan yang adil. "Ini benar-benar tentang mencapai tujuan lain," imbuh dia.
Baca Juga: Donald Trump Jadi Presiden AS, Cek Rekomendasi Saham Sektor Energi dan Tambang
Data perdagangan menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan AS telah menimbun barang-barang dari China karena takut barang-barang tersebut mungkin menjadi lebih mahal karena tarif, tambah Menke.
"Jadi, dalam hal produksi industri di China, kita bisa melihat sedikit penurunan dalam beberapa bulan pertama tahun ini," kata Menke.
Nikel adalah satu-satunya logam LME yang berada di zona merah, turun 0,1% menjadi US$ 15.660 per ton setelah Indonesia mengurangi kekhawatiran pasokan dengan mengumumkan kuota penambangan yang lebih tinggi untuk tahun 2025.
Di antara logam lainnya, aluminium LME naik 0,8% setelah pasar buka menjadi US$ 2.644 per ton. Harga seng naik 0,7% menjadi US$ 2.867 per ton. Harga timah naik 0,8% menjadi US$ 30.150 per metrik ton.
Selanjutnya: Honda e:Technology City Tour Eksplorasi Malang dengan Mobil Elektrifikasi Honda
Menarik Dibaca: Prakiraan Cuaca Jakarta Besok (25/1): Dari Berawan hingga Diguyur Hujan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News