Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak mentah konsisten bergerak di kisaran US$ 60 sebarel. Pergerakan jangka pendek masih dalam tren naik, meski ada potensi koreksi karena aksi profit taking.
Mengutip Bloomberg, Selasa (9/1) pukul 19.19 WIB, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari 2018 di New York Mercantile Exchange naik 0,50% menjadi US$ 62,04 per barel. Angka ini merupakan level tertinggi yang terakhir disentuh pada Juli 2015.
Deddy Yusuf Siregar, analis PT Asia Tradepoint Futures melihat, secara teknikal, harga akan menguat dalam jangka pendek. Hal ini terlihat dari grafik indikator moving average (MA) 50, MA 100 dan MA 200 serentak menguat. Namun, terdapat potensi koreksi dari indikator moving average convergence divergence (MACD) yang di area positif namun memberi sinyal koreksi.
Hal ini juga terlihat dari tekanan pada indikator relative strenght index yang konsolidasi di level 74 dan indikator stochastic di level 80 yang masuk area jenuh beli alias overbought.
Prediksi Deddy, Rabu (10/1), harga akan menguat jangka pendek, sebelum pasar profit taking. Ia perkirakan harga akan bergulir pada rentang US$ 59,40-US$ 63,70.
Sementara, Ibrahim, Direktur Garuda Berjangka memprediksi, harga minyak masih berpotensi menguat. Tren penguatan ini didukung indikator bollinger band yang masih bergerak 40% di atas garis MA jangka tengah. Adapun indikator RSI dan MACD juga di area positif 60%.
Namun dalam jangka menengah, terdapat potensi koreksi yang terlihat dari indikator stochastic yang sudah memberi sinyal jenuh beli besar.
Untuk perdagangan besok, Ibrahim memproyeksi harga akan bergulir pada rentang US$ 61,45-US$ 63 per barel. Sedangkan dalam sepekan antara US$ 60-US$ 63,50 per barel.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News