kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Tekanan sektor batubara akan melunak di akhir 2020, ini rekomendasi sahamnya


Minggu, 21 Juni 2020 / 20:08 WIB
Tekanan sektor batubara akan melunak di akhir 2020, ini rekomendasi sahamnya
ILUSTRASI. Pemulihan kinerja emiten batubara akan terlihat di tahun depan.


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelambatan kinerja emiten sektor batubara diyakini masih akan berlanjut hingga akhir tahun sebagai dampak lesunya permintaan. Dampak penyebaran Covid-19 telah menekan kondisi ekonomi global secara menyeluruh dan membuat sebagian besar aktivitas pabrik dan manufaktur ikut melambat bahkan terhenti.

Analis Samuel Sekuritas Indonesia Dessy Lapagu mengatakan, catatan suram emiten batubara kemungkinan masih akan berlanjut di laporan keuangan kuartal II-2020. Prediksinya, tekanan pada kinerja emiten sektor batubara baru akan melunak di semester II-2020.

"Kami perkirakan penurunan masih akan berlanjut. Hal ini sebagian besar akibat kondisi industri yang sedang melemah," ungkap Dessy kepada Kontan.co.id, Jumat (19/6).

Baca Juga: Permintaan melambat, begini prospek saham batubara di sisa 2020

Dessy menjelaskan, melemahnya kinerja sektor batubara lantaran porsi permintaan baik itu negara tujuan ekspor maupun penyerapan domestik dalam hal ini konsumsi Perusahaan Listrik Negara (PLN) sekaligus konsumen terbesar batubara di pasar Tanah Air tengah lesu. Alhasil, ke depan industri batubara masih akan menantang hingga akhir tahun.

Adapun hingga akhir tahun, harga batubara global diperkirakan akan bertengger di kisaran level US$ 55 per ton. "Potensi recovery baru akan terlihat di kuartal IV-2020, dan akan terefleksikan pada laporan keuangan 2021," ujar Dessy.

Sedangkan dari sisi fundamental, Dessy menilai kinerja PT Adaro Energy Tbk (ADRO) masih menarik dilirik lantaran ada booster di laba bersih dari anak usaha coking coal. Tapi sisi pendapatan ADRO tahun ini diperkirakan masih akan flat atau moderat. "Target harga fundamental ADRO untuk 12 bulan ke depan yakni Rp 1.600 per saham," tandas Dessy.

Baca Juga: UU Minerba terbit, Kementerian ESDM melarang gubernur menerbitkan izin tambang baru

Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Andy Wibowo Gunawan mengaku optimistis di jangka panjang permintaan batubara dari China akan bertahan. Bahkan, dia memprediksi akhir 2020, harga batubara berada di level US$ 65 per ton dan terus menanjak ke US$ 70 per ton di 2021.

Meskipun bakal rebound, target harga batubara tersebut tercatat turun sebanyak 7,1% untuk 2020 dan 6,7% untuk 2021 dari asumsi Andy sebelumnya. Hal ini mengingat dampak Covid-19 yang berpotensi memangkas produksi batubara China menjadi 3,32 miliar ton di tahun ini dan 3,49 miliar ton pada 2021. Padahal sebelumnya, Andy memperkirakan produksi batubara China bisa tumbuh 3,47 miliar di 2020 dan meningkat menjadi 3,78 miliar ton di tahun depan.

Baca Juga: Bisa jadi IUPK, ini harapan Vale usai 20% sahamnya diserap holding tambang BUMN

Sementara itu, dari sentimen domestik Andy berharap revisi undang-undang batubara dan mineral 2009 mampu mengembangkan industri pertambangan hilir dan mendorong pertumbuhan ekonomi di jangka panjang. Revisi undang-udang juga memungkinkan para penambang, terutama pemegang Perjanjian Karya Pengusaha Pertambangan Batubara (PKP2B) untuk memperpanjang izin mereka lewat proses birokrasi yang sederhana dan terpusat.

"Namun pemerintah belum menyebutkan royalti dan skema pajaknya. Kami berharap, revisi tersebut akan menguntungkan perusahaan pemilik lisensi PKP2B seperti ADRO dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG)," ujar Andy dalam risetnya 8 Juni 2020.

Untuk itu, Andy menaikkan outlooknya untuk sektor batubara dari netral menjadi overweight dan merekomendasikan beli untuk saham ADRO dan ITMG dengan target harga masing-masing Rp 1.260 per saham dan Rp 10.150 per saham. Sementara untuk PT Bukit Asam Tbk (PTBA), dia merekomendasikan hold atau tahan dengan target harga Rp 2.100 per saham.

Baca Juga: Dua proyek PLTU Toba Bara (TOBA) masih berlangsung di tengah pandemi corona

Sebagai informasi, pada perdagangan Jumat (19/6) saham sektor batubara rata-rata ditutup beragam. Saham ADRO tercatat naik 0,97% dan ditutup pada level Rp 1.040, begitu juga dengan saham PT United Tractors Tbk (UNTR) yang naik 1,13% ke level Rp 17.850 per saham.

Sedangkan saham ITMG ditutup koreksi 6,77% di level Rp 7.225 per saham. Penurunan diikuti saham PTBA yang turun 6,94% ke level Rp 2.280 per saham. Sementara itu, saham emiten batubara lainnya seperti PT Indika Energy (INDY) ditutup moderat di level Rp 700 per saham dan PT Harum Energy (HRUM) ditutup flat pada level Rp 1.200 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×