Reporter: Lydia Tesaloni | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Pergerakan fluktuatif rupiah selama kuartal I 2025 berpotensi masih akan berlanjut hingga akhir kuartal II 2025. Mata uang Garuda masih akan mendapat tekanan dari internal dan eskternal.
Mengutip Bloomberg, sejak awal tahun ini, rupiah di pasar spot telah melemah 3,93%. Pada 2 Januari lalu rupiah masih bertengger di Rp 16.198 per dolar AS. Sedangkan pada akhir perdagangan Selasa (22/4) rupiah sudah turun ke level Rp 16.860 per dolar AS.
Nilai tertingginya terhadap dolar AS dicapai pada 8 April di level Rp 16.891, sekaligus menjadi rekor baru mengalahkan nilainya ketika krisis moneter 1998. Di pasar non-deliverable forward (NDF), rupiah bahkan sudah sempat mencapai level Rp 17.006 pada 4 April.
Dalam dua hari terakhir perdagangan, Jakarta Interbank Spot Dollar Rate Bank Indonesia (JISDOR BI) mencatat rupiah sempat rebound. Pada Kamis (17/4), rupiah mendingin ke level Rp 16.833, menguat tipis 0,07% secara harian. Penguatan dilanjutkan hingga perdagangan Senin (21/4) kemarin, dengan rupiah di level Rp 16.808 alias naik 0,14% secara harian terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Baca Juga: Kembali Melemah, Perang Dagang Menekan Rupiah
Ekonom Bank Danamon Indonesia Hosianna Evalita Situmorang menyebut, penguatan rupiah memang masih bersifat sementara. Meskipun dari sisi eksternal, dolar AS sedang menunjukkan tren pelemahan akibat meningkatnya tensi antara Presiden AS Donald Trump dan The Fed, rupiah tetap berada dibawah tekanan.
“Secara keseluruhan, tekanan terhadap rupiah masih cukup tinggi di kuartal II, terutama akibat faktor musiman seperti pembayaran dan repatriasi dividen yang meningkatkan kebutuhan valas korporasi,” papar Hosianna kepada Kontan.co.id, Selasa (22/4).
Sejalan, Ekonom Senior KB Valbury Sekuritas, Fikri C. Permana menyebut rupiah masih akan volatile hingga akhir kuartal II nanti. Pergerakan rupiah dalam periode ini akan banyak ditentukan oleh sentimen eksternal dan internal negara. Sementara dari sisi eksternal, ia bilang nilai rupiah akan terpengaruh hasil negosiasi dagang antara Indonesia dan AS.
Untuk diketahui, Indonesia telah mengirimkan tim negosiasi yang dikepalai Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dan akan melangsungkan negosiasi pada Rabu (23/4) besok. Negosiasi ini soal tarif resiprokal sebesar 32% yang dikenakan negeri Paman Sam terhadap Indonesia.
“Kalau negosiasi dagangnya bisa disepakati dengan baik, mungkin akan jadi momentum baik bagi rupiah. Dalam artian, akan ada apresiasi rupiah. Tapi sebaliknya, jika negosiasi dagangnya kurang menguntungkan bagi Indonesia, khawatir akan ada sentimen negatif bagi rupiah ,” ungkap Fikri kepada Kontan.co.id, Selasa (22/4).
Baca Juga: Kenapa Rupiah Masih Lemah Walau Dolar AS Sedang Keok?
Kemudian dari sisi internal, rupiah masih tertekan oleh kekhawatiran terkait defisit fiskal. Terbaru, defisit fiskal Maret 2025 dilaporkan sebesar Rp 104,2 triliun alias 0,43% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Angka itu menunjukkan peningkatan dari defisit pada bulan Februari sebelumnya di level 0,13% terhadap PDB.
Jika penerimaan negara belum bisa didorong lebih kuat untuk menanggulangi hal itu, potensi dana keluar semakin masif terjadi akan memberi tekanan terhadap rupiah.
“Jadi dua hal tersebut yang jadi kunci utama pergerakan rupiah sampai akhir kuartal II,” tegas Fikri.
Fikri memproyeksi rupiah bisa saja kembali ke Rp 16.400 jika dua sentimen tadi membaik. Namun di saat yang sama, jika sentimen tersebut justru kian buruk, rupiah bisa jatuh semakin dalam hingga level Rp 17.300 selama kuartal II ini.
Kendati begitu, Hosianna bilang potensi penguatan rupiah tetap terbuka di kuartal III nanti. Setelah tekanan dari arus dividen mereda, rupiah bisa menguat bertahap ke kisaran Rp 16.600-Rp 16.700 dengan dukungan stabilitas eksternal dan kembalinya aliran modal asing.
“Itu seiring normalisasi arus valas dan potensi dimulainya siklus pelonggaran suku bunga oleh The Fed mulai Juni 2025,” tutup Hosianna.
Selanjutnya: DPK Valas BNI Tumbuh 7,2% di Maret 2025
Menarik Dibaca: Hanya Kota Jogja Bebas Guyuran Hujan, Pantau Cuaca Besok di DIY
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News