kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.526.000   -2.000   -0,13%
  • USD/IDR 16.240   -40,00   -0,25%
  • IDX 7.037   -29,18   -0,41%
  • KOMPAS100 1.050   -5,14   -0,49%
  • LQ45 825   -5,35   -0,64%
  • ISSI 214   -0,85   -0,40%
  • IDX30 423   -1,15   -0,27%
  • IDXHIDIV20 514   0,87   0,17%
  • IDX80 120   -0,69   -0,57%
  • IDXV30 125   1,36   1,09%
  • IDXQ30 142   0,26   0,18%

Tekanan rupiah makin besar menjelang akhir pekan


Jumat, 11 September 2020 / 20:37 WIB
Tekanan rupiah makin besar menjelang akhir pekan
ILUSTRASI. Dalam sepekan, pelemahan rupiah mencapai 0,95%.


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelemahan nilai tukar rupiah dalam sepekan terakhir dipengaruhi oleh sentimen domestik dan global. Kondisi tersebut juga berpotensi berlanjut pada perdagangan pekan depan.

Berdasarkan catatan Bloomberg pada perdagangan Jumat (11/9), rupiah tercatat koreksi 0,24% ke level Rp 14.890 per olar Amerika Serikat (AS) dari penutupan sebelumnya. Dalam sepekan, pelemahan rupiah mencapai 0,95% dari perdagangan Jumat (4/9) yakni Rp 14.750 per dolar AS.

Sedangkan berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia (BI) atau Jisdor, rupiah tercatat melemah 1,26% dari perdagangan Jumat (4/9) dan bertengger di level Rp 14.979 per dolar AS akhir pekan ini. "Sentimen domestik dan global saling melengkapi pergerakan rupiah dalam sepekan terakhir," kata Head of Economics Research Pefindo Fikri C Permana kepada Kontan.co.id, Jumat (11/9).

Baca Juga: PSBB Jakarta diperketat lagi, pengusaha yakin dampaknya tak separah periode April-Mei

Dari sentimen domestik, pergerakan rupiah tertekan oleh meningkatnya jumlah pasien Covid-19 di Tanah Air. Kondisi tersebutlah yang menjadi alasan utama Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan untuk menarik rem darurat dengan menerapkan PSBB di pekan depan. Rupiah juga sempat tertekan akibat munculnya sentimen ketidakpastian independensi Bank Indonesia (BI) di pekan ini. 

Sementara itu dari sentimen global, perkembangan kondisi perekonomian di negara-negara maju mulai menunjukkan pemulihan. Hal tersebut berdampak pada capital outflow di Tanah Air, lantaran banyak dana asing kembali ke negara-negara tersebut. "Alasan tersebut juga mendorong persepsi risiko terhadap Indonesia ikut meningkat," tambahnya.

Di sisi lain, harga minyak dunia sepekan ini sempat anjlok cukup dalam dan kembali menyentuh level rendah. Alhasil, sentimen penekan mata uang Garuda juga ikut bertambah. "Sepertinya (pelemahan rupiah) masih akan berlanjut di pekan depan," ujar Fikri.

Baca Juga: Diramal terus koreksi, rupiah berpotensi ke level Rp 15.500 per dolar AS di sisa 2020

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×