Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Avanty Nurdiana
JAKARTA. Tekanan jual investor asing mewarnai perdagangan bursa saham, kemarin. Pemodal asing mencatatkan net sell hingga Rp 1,11 triliun. Akibatnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 1,43% ke 4.512,74.
Boleh jadi, dana asing cabut dari bursa, karena di perdagangan bursa, kemarin, marak aksi crossing saham di pasar negosiasi. Terdapat transaksi tutup sendiri atas tiga saham emiten dengan nilai cukup besar.
Pertama, crossing saham PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI) senilai Rp 496 miliar dengan harga Rp 620 per saham. PT UBS Securities Indonesia bertindak sebagai broker yang memfasilitasi transaksi saham ASRI. Si pembeli memakai jasa broker Indopremier Securities
Kedua, crossing saham PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) dengan total transaksi senilai Rp 488,4 miliar. Transaksi yang dibantu Macquarie Securities sebagai broker pembeli dan penjual ini menawarkan harga lebih rendah dari harga pasar SMGR hari sebelumnya, yaitu sebesar Rp 14.025-
Rp 14.075 per saham. Tak ayal, harga saham SMGR, kemarin, turun 3,79% ke Rp 13.950 per saham.
Ketiga, transaksi tutup sendiri saham PT MNC Land Tbk (KPIG) senilai transaksi Rp 640,2 miliar. Transaksi ini difasilitasi MNC Securities sebagai broker penjual dan pembeli.
Reza Nugraha, analis MNC Securities bilang, dana asing keluar dari bursa lantaran keputusan Amerika Serikat (AS) soal pagu utang belum memberi ketenangan pasar. "Saat ini investor masih aksi ambil untung memanfaatkan ketidakjelasan keputusan program stimulus AS," imbuh dia.
Investor masih menunggu beberapa data dari AS yang sebelumnya sempat tertunda karena tidak beroperasinya operasional pemerintah AS. "Belum ada sentimen kuat yang bisa menjadi triger untuk mendukung asing kembali masuk ke bursa," jelas Reza.
Muhammad Alfatih, analis Samuel Sekuritas Indonesia memperkirakan, net sell investor asing di bursa saham masih akan terjadi dalam beberapa hari ke depan. "Sebagai negara emerging market posisi kita agak berbeda dibanding dua tahun lalu. Sekarang Indonesia agak dihindari karena defisit perdagangan kita yang besar," jelas dia. Di sisi lain, IHSG saat ini sudah berada di level resistance kuat sehingga ada sinyal koreksi cukup tajam.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News