kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Tekanan bertubi di sektor otomotif


Senin, 18 November 2013 / 06:03 WIB
Tekanan bertubi di sektor otomotif
ILUSTRASI.


Reporter: Sofyan Nur Hidayat | Editor: Avanty Nurdiana

JAKARTA. Kebijakan Bank Indonesia (BI) mengerek suku bunga acuan atau BI rate menjadi 7,5% menjadi pukulan bagi emiten otomotif. Kenaikan bunga acuan yang juga akan menyeret bunga kredit bisa memperlambat penjualan kendaraan bermotor, baik kendaraan roda empat maupun roda dua.

Namun, sejumlah analis menilai, kinerja emiten otomotif masih bisa tumbuh di tahun depan karena terdorong penjualan mobil murah dan ramah lingkungan atau low cost and green car (LCGC). Selain itu, pelaksanaan pemilihan umum (Pemilu) juga dapat meningkatkan kebutuhan transportasi.

Analis Batavia Prosperindo Sekuritas, Robertus Hardy mengatakan, kenaikan BI rate menjadi salah satu tantangan emiten otomotif di tahun ini. Apalagi, di tahun ini BI rate naik cukup agresif. "Dampak kenaikan BI rate terhadap penjualan kendaraan bermotor pasti ada, tapi belum terasa," kata dia.

Sebelum BI rate kembali naik menjadi 7,5%, penjualan mobil secara bulanan telah menurun. Robertus menyebutkan, penjualan mobil pada September 2013 mencapai 115.975 unit, sedangkan di Oktober 2013 tercatat 112.038 unit atau turun 3,39%. Sedangkan, penjualan sepeda motor masih meningkat. Di bulan September 2013, penjualan motor mencapai 675.902 unit., lalu di Oktober 2013, penjualan mencapai 714.264 unit atau meningkat 5,67%.

Teuku Hendry Andrean, analis Danpac Sekuritas menilai, efek kenaikan BI rate terhadap emiten otomotif kemungkinan tidak akan terlalu signifikan. "Pengaruhnya mungkin lebih besar ke penjualan kendaraan roda dua ketimbang kendaraan roda empat," kata dia, Jumat (15/11).

Kendati begitu, menurut Teuku, kenaikan BI rate akan memberikan tekanan terhadap penjualan kendaraan. Maklum, lebih dari 50% konsumen otomotif membeli kendaraan dengan cara kredit.

Tekanan emiten otomotof kian bertambah karena nilai tukar rupiah juga tengah melemah. Padahal, sebagian komponen kendaraan berasal dari impor.
Tak ayal, kinerja emiten otomotif di kuartal III 2013 pun menurun. Pendapatan PT Astra International Tbk (ASII), semisal, menurun 0,9% menjadi Rp 141,84 triliun. Sedangkan, laba bersih turun 8,25% menjadi Rp 13,46 triliun. Begitu juga laba bersih PT Indomobil Sukses Internasional Tbk (IMAS) juga menurun 9,44% ke Rp 568,47 miliar.

Analis Indo Premier Securities, William Simadiputra dalam risetnya akhir Oktober 2013 menuliskan, tekanan industri otomotif tahun ini tak hanya karena kenaikan bunga saja. Menurut dia, kenaikan harga bahan bakar minyak, upah buruh, tarif listrik, harga gas, dan harga komponen juga membebani.

Namun, para analis optimistis, emiten otomotif masih bisa mencatatkan pertumbuhan kinerja pada tahun depan. Sebab, ada produk LCGC yang akan berkontribusi maksimal di tahun depan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×