Reporter: Wahyu Satriani | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Tawaran surat utang jangka menengah atau medium term notes (MTN) dengan kupon tinggi semakin ramai. Sepanjang pekan ini saja, MTN senilai total Rp 175 miliar siap terbit.
PT Wijaya Karya Realty, salah satunya yang akan menerbitkan MTN Rp 75 miliar bernama MTN II Wika Realty tahun 2014 seri A. Surat utang tersebut didistribusikan secara elektronik 14 April 2014 ini.
Berdasarkan keterangan resmi perusahaan, MTN ini bertenor satu tahun dan akan jatuh tempo 24 April 2015. Adapun kupon yang diberikan sebesar 10,25% per tahun dengan frekuensi pembayaran triwulanan. Pembayaran kupon pertama akan dilakukan 14 Juli 2014.
Untuk penerbitan surat utang ini, perusahaan telah menunjuk PT Mandiri Sekuritas sebagai arranger.
Perum Perumnas juga akan menerbitkan MTN I senilai total Rp 100 miliar. Surat utang ini diterbitkan dalam dua seri. Pertama, seri C akan didistribusikan secara elektronik 16 April 2014. Adapun kupon yang ditawarkan sebesar 11,35% per tahun dengan pembayaran kupon secara tiga bulanan.
Kedua, seri D yang akan didistribusikan 23 April 2014. Surat utang ini bertenor empat tahun dan akan jatuh tempo 23 April 2018. Kupon yang diberikan sebesar 11,75% per tahun dengan frekuensi pembayaran secara triwulanan. Perusahaan juga telah menunjuk PT Mandiri Sekuritas sebagai arranger hajatan tersebut.
Desmon Silitonga, analis Millenium Danatama Asset Management mengatakan tingginya kupon menjadi salah satu daya tarik MTN. Selain itu, surat utang ini memiliki tenor yang relatif singkat sehingga risikonya lebih rendah dibandingkan instrumen bertenor panjang.
"Oleh sebab itu, biasanya emiten penerbit MTN menawarkannya kepada investor strategik," kata Desmon, Jakarta, Kinggu (13/4).
Di sisi lain, risiko berinvestasi di MTN lebih besar ketimbang obligasi. Pasalnya, MTN tidak memiliki kewajiban untuk melakukan pemeringkatan ke lembaga pemeringkat seperti obligasi. Akibatnya, risiko investasi di MTN menjadi sulit terukur.
"Artinya, kita tidak tahu bagaimana daya tahan keuangan perusahaan penerbit. Padahal, hal tersebut dibutuhkan untuk mengetahui risiko gagal bayar atau default," ujar Desmon.
Kendati demikian, menurut Desmon, MTN tersebut memiliki prospek menarik. Kedua perusahaan penerbit MTN yang bergerak di sektor konstruksi dan perumahan memiliki prospek bisnis bagus.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News