kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.308.000 -0,76%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Target penerbitan SBN 2022 lebih rendah, pasar SBN dinilai tetap prospektif


Selasa, 14 Desember 2021 / 18:50 WIB
Target penerbitan SBN 2022 lebih rendah, pasar SBN dinilai tetap prospektif
ILUSTRASI. Kemenkeu akan menerbitkan surat berharga negara (SBN) sebesar Rp 991,3 triliun pada tahun 2022.


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Keuangan (Kemenkeu) akan menerbitkan surat berharga negara (SBN) sebesar Rp 991,3 triliun pada tahun 2022 mendatang. Seiring defisit anggaran yang lebih rendah pada tahun ini, target penerbitan surat utang pada tahun depan pun menjadi lebih rendah

Senior Economist Fikri C Permana mengungkapkan, meski target penerbitan SBN pada tahun 2022 lebih rendah dibanding tahun 2021, tidak akan memberi pengaruh banyak pada pasar obligasi. Menurutnya, pada tahun depan, pasar obligasi akan dipengaruhi oleh pertumbuhan inflasi dan kenaikan suku bunga acuan. 

Fikri mengatakan, jika angka inflasi yang saat ini sudah tinggi dan terus berlanjut, maka proses tapering The Fed akan dipercepat. Hal ini pada akhirnya mendorong kenaikan suku bunga acuan AS yang lebih cepat dari perkiraan. Jika hal tersebut terjadi, maka Bank Indonesia (BI) akan meresponnya dengan ikut menaikkan suku bunga acuan.

Baca Juga: SBN ritel masih menarik bagi investor

“Akan tetapi, pemerintah kan biasanya menggunakan strategi front loading, jadi kemungkinan penerbitan SBN akan lebih banyak di semester pertama 2022. Pada periode tersebut, pemulihan ekonomi sedang berlangsung sehingga risiko masih lebih rendah,” kata Fikri kepada Kontan.co.id, Selasa (14/12)

Lebih lanjut, Fikri juga memperkirakan dari sisi pergerakan yield juga akan cenderung lebih stabil dengan kecenderungan menguat. Hal ini ditopang dengan likuiditas di perbankan yang masih tinggi tercermin dari loan to deposit ratio yang juga masih tinggi. Oleh sebab itu, ketika penyaluran kredit mulai tumbuh, perbankan masih tetap punya ruang untuk masuk ke pasar SBN.

Namun, Fikri tak menampik bahwa porsi perbankan pada tahun 2022 tidak akan setinggi di tahun 2021. Walau begitu, hal tersebut diyakini tidak akan menjadi masalah mengingat saat ini Bank Indonesia (BI) bisa menjadi standby buyer lewat SKB III. Lewat SKB III, BI bisa menambah kepemilikannya di SBN sebesar Rp 200 triliun-Rp 250 triliun. 

Baca Juga: Pemerintah akan terbitkan SBN ritel Rp 100 triliun pada tahun depan

Jadi, menurut Fikri, tren kepemilikan BI di SBN akan kembali lanjut tumbuh pada tahun depan. Adapun, pada tahun ini, porsi kepemilikan BI di SBN memang mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan. Pada awal tahun porsi kepemilikan BI sebesar 10,58%, sementara pada 10 Desember sudah mencapai 14,25%. 

“Naiknya kepemilikan BI justru bisa menjadi katalis positif mengingat yield yang didapat BI di bawah yield pasar sekunder. Jadi selain menjaga permintaan untuk selalu ada, pembelian BI juga akan menjaga yield SBN,” imbuh Fikri. 

Dari sisi yield, Fikri melihat secara umum pergerakannya akan cenderung menguat sepanjang semester pertama 2022 ditopang oleh sentimen pemulihan ekonomi. Namun, pada semester kedua 2022 akan lebih volatile seiring dengan selesainya tapering dan potensi kenaikan suku bunga acuan. Namun, berdasarkan perhitungannya, yield SBN 10 tahun pada akhir 2022 akan berada di level 6,4%.

Baca Juga: Kemenkeu masih akan terbitkan surat utang di akhir 2021 sebesar Rp 157 triliun

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Practical Business Acumen Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×