Sumber: KONTAN | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Nasib nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) makin mengenaskan. Jumat (7/11), nilai rupiah menjadi Rp 11.150 per dolar AS. Ini merupakan nilai tukar terendah sepanjang tahun ini.
Yang mengenaskan, banyak lembaga investasi internasional yang memperkirakan rupiah bakal melemah hingga Rp 12.000 per dolar AS pada akhir tahun. Misalnya, Credit Suisse dan Macquarie Research Economics. Bahkan Credit Suisse meramal, dalam waktu tiga bulan, rupiah bakal terperosok hingga Rp 12.500 per dolar AS.
Faktor pemicunya adalah derasnya arus dana asing yang keluar dari Indonesia (capital outflow) dan penurunan harga komoditas dunia. Situasi ini juga bisa membuatĀ produk domestik bruto atau gross domestic product (GDP) Indonesia tergerus.
Kepala Tresuri Bank Central Asia (BCA), Branko Windoe berpendapat, kemungkinan rupiah menembus Rp 12.000 tetap ada. Namun, dia tak sepakat jika nestapa ini bakal berlanjut hingga 2009. "Tingginya perbedaan suku bunga mestinya membuat rupiah masih menarik," ujar Branko, kemarin (9/11).
Tapi, Branko menyarankan agar pemerintah segera mengambil kebijakan yang tegas untuk menyelamatkan rupiah. Farial Anwar, Direktur Currency Group Management juga berpendapat sama. Kedua analis itu menegaskan, pemerintah harus mengubah kebijakan rezim devisa yang sekarang sangat bebas menjadi kebijakan devisa bebas yang terkontrol dengan sedikit modifikasi.
Misalnya, masyarakat tetap bebas membeli dolar asal jelas penggunaannya. Namun, untuk asing, mereka minta pemerintah membatasi, misalnya, jangka waktunya. "Agar dana itu tidak keluar masuk dengan mudah. Bank saja diminta membiayai sektor riil, kenapa pemerintah malah tutup mata bila dana asing keluar masuk di Sertifikat Bank Indonesia?" kata Branko.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News