kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   -13.000   -0,85%
  • USD/IDR 16.200   -20,00   -0,12%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Tambahan tarif impor AS ke China menyeret harga aluminium ke level terendah


Rabu, 31 Oktober 2018 / 20:08 WIB
Tambahan tarif impor AS ke China menyeret harga aluminium ke level terendah
ILUSTRASI. Aluminium


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Amerika Serikat (AS) menambah tarif impor untuk China. Akibatnya, harga komoditas cenderung menurun dan harga aluminium tercatat sentuh level terendah.

Mengutip Bloomberg, harga aluminium kontrak tiga bulanan di London Metal Exchange (LME), Selasa (30/10) tercatat berada di level terendahnya sejak Juni 2017 di US$ 1.967 per metrik ton. Di level tersebut harga aluminium terkoreksi 0,89%. Sementara dalam sepekan terakhir harga aluminium turun 1,69%.

Direktur Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan, AS yang kembali menambah tarif impor untuk China membuat harga aluminium tertekan. Teranyar, AS berencana menerapkan tarif impor sebesar US$ 257 miliar ke China di Desember 2018.

Jelang akhir tahun, AS dan China akan melakukan diskusi. Namun, jika dalam diskusi tersebut AS dan China tidak menemui titik terang maka AS diproyeksikan akan langsung menerapkan tarif impor tambahan tersebut.

Hingga saat ini tarif impor yang berlaku dari AS ke China sebesar US$ 250 miliar. China pun sempat membalas tarif impor ke AS sebesar US$ 110 miliar.

Di satu sisi, indeks dollar AS terus menguat seiring ekonomi AS yang terus membaik. Hal ini semakin meyakinkan The Fed untuk menaikkan suku bunga acuan sekali lagi di Desember tahun ini. "Penguatan indeks dollar AS berimbas pada semua harga komoditas," kata Ibrahim, Rabu (31/10).

Ke depan Ibrahim memproyeksikan tren bearish masih menyelimuti harga aluminium. Pergerakan harga aluminium sepekan ini dipengaruhi oleh data manufaktur dan angka Purchasing Manager's Index (PMI) China. Pertumbuhan ekonomi China yang meleset ke 6,5% di bulan lalu juga menjadi sentimen negatif bagi harga komoditas.

Ibrahim mengatakan, jika data manufaktur China buruk maka pemerintah akan kembali menggelontorkan stimulus guna memulihkan ekonomi. Selain China, Jepang juga berencana akan menggelontorkan simulus lagi. "Ada indikasi langkah menggelontorkan stimulus dari China dan Jepang akan menguatkan harga komoditas, tetapi hingga saat ini, hal tersebut masih sebatas rencana," kata Ibrahim.

Secara teknikal Ibrahim menganalisis bolinger band MA 10% di atas bolinger band bawah. Hal tersebut mengindikasikan harga masih akah turun. Stochastic berada di 60% area positif. Namun, MACD dan RSI berada di 60% area negatif.

Ibrahim merekomendasikan sell untuk aluminium dan memproyeksikan rentang harga di perdagangan Rabu (31/10) berada di US$ 1.950 per metrik ton-US$ 1.973 per metrik ton.

"Sepekan depan, pergerakan harga aluminium berpotensi menguat tetapi terbatas, karena harga tidak mungkin akan terus turun, fluktuasi pasti terjadi," kata Ibrahim.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×