Sumber: Bloomberg |
JAKARTA. PT Timah, produsen timah terbesar kedua di dunia, kemungkinan akan menjual produksinya lebih banyak dari yang diprediksikan sebelumnya jika permintaan terus membaik.
"Jika harganya mencapai US$ 18.000 hingga US$ 20.000, kami akan masuk ke pasar spot untuk menambah kontrak penjualan; hal itu bisa menyurung penjualan mencapai 50.000 ton," kata Corporate Secretary Abrun Abubakar PT Timah, Selasa (17/6).
Tahun ini, PT Timah mematok volume penjualan sebesar 45.000-47.000 ton.
Kontrak timah di London yang diperdagangkan hari ini di level US$ 15.325 per metric ton, telah meningkat 43% tahun ini di tengah spekulasi bahwa perekonomian global mulai pulih. Tentu saja, kenaikan ini mampu mengguggah permintaan logam.
Mantan orang nomor satu di The Fed Paul Volcker minggu lalu mengatakan bahwa penyusutan perekonomian di AS dan Inggris mulai terlihat.
"Harga komoditi mulai pulih sehingga bisa mengerek permintaan timah," kata Direktur Keuangan PT Timah Director Krishna Syarif.
Menurutnya, penjualan timah di PT Timah sedikitnya 4.000 ton per bulan setelah membukukan penjualan sebesar 11.000 ton pada tiga bulan pertama di tahun ini. PT Timah menjual 46.438 ton timah tahun lalu.
Syarif menghitung, arga rata-rata timah pada semester kedua tahun ini akan berkisar US$ 14.000 hingga USUS$ 15.000 per ton. Kuartal pertama tahun ini, kontrak timah di London Metal Exchange rata-rata US$ 10.938 per ton.
Jika memang harga meningkat, perusahaan yang berbasis di Pangkalpinang ini kemungkinan meningkatkan penjualannya melalui spot buyers. Tahun lalu, penjualan berdasarkan kontrak penjualan sekitar 42.000 ton dari 47.000 ton. Nah, sisanya yang sebesar 5.000 ton itu ludes di pasar spot.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News