Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Yuwono Triatmodjo
JAKARTA. Dua hari pertama pekan ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bangkit. Namun jika menghitungnya sejak awal tahun hingga Selasa (10/12) atau year to date (ytd) yang berada di angka 4.275,68, posisi IHSG masih minus 0,95%.
Harga sejumlah saham unggulan yang rontok di tahun ini turut andil menurunkan IHSG. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), saham unggulan penggerus indeks (laggard stock) di tahun ini didominasi saham sektor pertambangan, semen dan telekomunikasi.
Ambil contoh, saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) yang turun hingga 50,8% sejak akhir tahun 2012 hingga kemarin. Saham ini telah mengoreksi 8,1 poin terhadap IHSG.
Beberapa saham emiten tambang lain yang punya performa negatif di tahun ini adalah saham PT Indo Tambangraya Megah Tbk (IMTG), PT Adaro Energy Tbk (ADRO), dan PT Bukit Asam Tbk (PTBA).
Dari sisi kapitalisasi pasar, penurunan harga saham PT Astra International Tbk (ASII) memberi dampak terbesar bagi IHSG. Kontribusinya sebesar 47,4 poin terhadap penurunan IHSG. Sebagai catatan, sejak awal tahun hingga kemarin, harga saham ASII minus 13,8%. Setelah ASII, saham PT Gudang Garam Tbk (GGRM) memangkas 41,6 poin pada bobot penurunan IHSG.
Return saham emiten semen juga negatif. Misal, return saham PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) minus 17%. Pun, saham PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) sudah terkoreksi 12,5%. Sementara dari emiten telekomunikasi, harga saham PT Indosat Tbk (ISAT) minus 37,2%.
Thendra Chrisnanda, analis BNI Securities mengatakan, saham-saham penggerus IHSG tersebut, umumnya terserempet sentimen negatif kenaikan suku bunga acuan (BI rate) dan pelemahan rupiah. "Laporan keuangannya mengecewakan, jadi wajar saja kalau turunnya paling mencolok," tukas Thendra.
Selain itu, saham-saham itu banyak digenggam investor asing. Dus, ketika asing menarik diri dari pasar, saham-saham tersebut ikut tergerus.
Pergeseran sektor
Adrianus Bias, Analis Samuel Sekuritas, menyatakan, ada beberapa saham penggerus IHSG yang memiliki prospek fundamental cukup baik. Contohnya adalah SMGR dan INTP.
Penurunan harga saham dua emiten tersebut di tahun ini lebih disebabkan oleh imbas perlambatan ekonomi dan sektor properti. "Penggunaan semen melambat dan menghadapi tekanan biaya," tutur Adrianus.
Justru, lanjut Adrianus, saham-saham dengan fundamental yang masih bagus namun sudah terdiskon besar, seperti SMGR, layak dikoleksi mulai sekarang. "Pada dasarnya, di level sekarang valuasinya cukup menarik," kata dia. Cuma, ia belum merekomendasikan saham emiten tambang karena dalam jangka menengah belum pendorong harga saham emiten tambang.
Tahun ini, saham pemberi gain tertinggi masih banyak berasal dari saham sektor konsumsi. Tahun depan, Thendra yakin akan ada pergeseran sektoral penggerak IHSG. Di tahun depan, saham-saham sektor perkebunan diperkirakan bakal berjaya.
Penggerak prospek sektor perkebunan adalah harga komoditas yang mulai pulih. "Dari outlook yang kami buat, di tahun depan akan terjadi switching sector. Sektor perkebunan akan memimpin pergerakan dan memberi katalis positif," terang Thendra.
Saham sektor konsumsi juga masih menjadi penggerak IHSG. Jika ingin mengakumulasi, Thendra menyarankan, saham yang cenderung defensif seperti UNVR, ICBP, AALI dan LSIP. Adrianus menjagokan saham sektor konsumsi serta konstruksi untuk tahun 2014. Kedua sektor ini masih prospektif.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News