kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   -2.000   -0,14%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Surat Utang Korporasi Tenor Pendek Paling Ramai Diterbitkan di Semester I-2022


Jumat, 08 Juli 2022 / 16:57 WIB
Surat Utang Korporasi Tenor Pendek Paling Ramai Diterbitkan di Semester I-2022
ILUSTRASI. Penerbitan surat utang korporasi sepanjang semester pertama 2022 meningkat.


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penerbitan surat utang korporasi sepanjang semester pertama 2022 meningkat. Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), hingga 30 Juni 2021, jumlah penerbitan surat utang korporasi mencapai Rp 69,7 triliun. 

Penerbitan surat utang korporasi meningkat 60,71% secara tahunan. Pada semester pertama tahun lalu, penerbitan surat utang kprporasi mencapai Rp 43,37 triliun.

Direktur Utama PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Salyadi Saputra mengatakan, sepanjang paruh pertama tahun ini, para emiten lebih suka menerbitkan surat utang korporasi bertenor pendek. Tercatat, surat utang tenor tiga tahun jadi yang paling banyak diterbitkan, kemudian disusul tenor satu tahun dan tenor lima tahun.

Baca Juga: Ramai Lagi, Penerbitan Obligasi Korporasi Capai Rp 69,7 Triliun di Semeseter I 2022

“Sebenarnya, idealnya surat utang korporasi itu yang lima tahun ke atas karena bisa membuat pasar lebih baik karena nilai outstanding bisa terus meningkat. Kalau tenor pendek walaupun banyak, tapi lebih cepat jatuh tempo, jadi outstanding tidak akan naik signifikan,” ungkap Salyadi dalam Media Forum Pefindo secara virtual, Jumat (8/7).

Adapun, hingga semester pertama 2022, total outstanding surat utang korporasi mencapai Rp 464,9 triliun. Angka tersebut lebih tinggi jika dibandingkan akhir 2021 yang sebesar Rp 458,6 triliun. 

Sementara dari sisi rating, Salyadi menyebut, penerbitan surat utang korporasi yang punya rating A jauh lebih ramai di paruh pertama tahun ini. Walaupun dari sisi outstanding, rating AAA tetap lebih tinggi. Menurutnya, hal ini tidak terlepas dari kondisi pasar yang saat ini lebih menyukai surat utang yang mempunyai rating A.

Baca Juga: Investor Ritel Mengeluh, Perdamaian PKPU Waskita Beton (WSBP) Berujung Kasasi

“Jadi, rating A ini dari sisi risiko masih bisa diterima investor, serta punya return yang jauh lebih menarik dibanding yang rating AA maupun AAA,” tambahnya. 

Sementara dari sisi kupon, dia mengungkapkan secara umum seluruh rating mengalami penurunan besaran kupon sepanjang semester I-2022. Hal ini sejalan dengan iklim suku bunga rendah dan yield SUN yang sempat turun. Hanya saja, dengan ketidakpastian global dan tren kenaikan suku bunga ke depan, kupon surat utang korporasi akan mengalami kenaikan. 

Jika dilihat dari sisi tingkat gagal bayar, secara umum Salyadi menyebut angkanya terus membaik seiring dengan kondisi ekonomi yang mulai pulih dan aktivitas bisnis membaik. Tercatat, hanya rating BBB yang mengalami kenaikan risiko gagal bayar dari sekitar 4% menjadi 5,02% per Mei 2022.

“Tapi, jika secara keseluruhan, risiko angka gagal bayarnya berhasil turun dari 1% menjadi 0,90%,” pungkas Salyadi.

Baca Juga: Pasokan Likuiditas Dikurangi, Pasar Berspekulasi China Mulai Keluar dari Mode Krisis

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×