Reporter: Agustinus Beo Da Costa | Editor: Avanty Nurdiana
JAKARTA. Pertumbuhan bisnis infrastruktur telekomunikasi membuat PT Solusi Tunas Pratama Tbk (SUPR) yakin mampu meningkatkan kinerja tahun ini. Solusi Tunas menargetkan pendapatan di tahun ini naik 50% dari tahun lalu atau menjadi sekitar Rp 1 triliun.
"Total pendapatan tahun 2012 saat ini sedang diaudit oleh akuntan publik kami. Tapi kami perkirakan akan melebihi Rp 500 miliar," ujar Direktur Keuangan SUPR, Juliawati Gunawan, Senin (28/1).Sementara, untuk target margin earning before interest, tax, depreciation and amortization (EBITDA) tak banyak berubah yaitu di 84% di 2013. Per kuartal III 2012, margin EBITDA SUPR sebesar 84,3%.
SUPR juga menargetkan jumlah rata-rata penyewa per satu menara (tenancy ratio) di 2013 mencapai 1,75 atau total sekitar 5.250 unit penyewa. Estimasi penyewa di 2012 sebanyak 3.459 penyewa. Angka ini masih tumbuh dari 2011 yang 2.117 unit penyewa.
Pertumbuhan penyewaan ini seiring dengan perkembangan sites SUPR dari sebelumnya 1.428 sites menjadi 2.246 sites di 2012. Agar mencapai target 2013, SUPR akan menambah jumlah menara.
Saat ini, SUPR sudah memiliki 2.300-an menara. Nantinya, SUPR akan menambah menjadi 3.500 menara. SUPR juga akan menambah jaringan fiber optic. SUPR sudah memiliki jaringan fiber optic sepanjang 1.000 km. Rinciannya, 900 km di Jakarta dan 100 km di Bandung melalui PT Platinum Teknologi.
Direktur Utama SUPR, Nobel Tanihaha bilang, SUPR telah mengalokasikan belanja modal Rp 1 triliun - Rp 1,5 triliun di tahun ini. Dana tersebut digunakan menambah 1.500 tower baru dan ekspansi di jaringan fiber optic. "Yang jelas, kami alokasikan 50% belanja modal untuk tower dan 50% untuk fiber optic," ujar dia.
Rencananya SUPR, akan membangun 1.000 tower baru dan mengakuisisi 500 tower. Akhir tahun lalu, SUPR telah mengakuisisi 200 menara milik PT Hutchison CP Telecommunication senilai US$ 22 juta. Nah, tahun ini, SUPR akan mengakuisisi 300 tower lagi.
Nobel memaparkan, khusus untuk pembangunan tower baru, Solusi Tunas Pratama masih akan fokus ke daerah yang belum tergarap seperti di kawasan Indonesia Timur.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News