Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Seri Surat Utang Negara (SUN) FR0078 menjadi seri SUN yang paling aktif diperdagangkan sepanjang November 2018.
Mengacu data Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) di sepanjang November 2018, seri FR0078 dengan tenor 10 tahun ini memiliki frekuensi terbanyak sebesar 1.999 kali dengan nilai mencapai Rp 60,2 triliun.
Di posisi kedua ada seri FR0072 dengan tenor sekitar 17 tahun ditransaksikan sebanyak 1.756 kali dengan nilai mencapai Rp 10,1 triliun. Selanjutnya, seri FR0075 dengan tenor 20 tahun menempati posisi ketiga SUN teraktif dengan jumlah frekuensi 1.692 kali dengan nilai mencapai Rp 17,05 triliun.
Research Analyst Capital Asset Management, Desmon Silitonga mengatakan, faktor yang membuat seri obligasi pemerintah ramai ditransaksikan adalah, pertama, seri tersebut berpotensi menjadi seri acuan baru di tahun depan. Meski belum ada keterangan resmi dari Kementerian Keuangan seri FR0078 akan dijadikan sebagai seri acuan baru di tahun depan, tetapi pelaku pasar melakukan spekulasi.
Kedua, harga seri tersebut lebih stabil dibandingkan harga seri obligasi yang menjadi acuan di tahun ini. Jadi, seri SUN acuan akan lebih berfluktuatif harganya karena cenderung lebih sering ditransaksikan karena likuiditas juga tinggi.
Ketiga, harga seri SUN yang aktif ditransaksikan bisa jadi sudah turun dan investor berkerja sama dengan manajer investasi untuk membungkus seri tersebut untuk dijadikan underlying asset. "Misal cost pemilik seri yang aktif harganya 100, karena mengalami penurunan, mereka bungkus dengan menjadikan seri tersebut underlying produk proteksi sehingga beberapa tahun lagi harga bisa naik kembali," kata Desmon, Rabu (19/12).
Terlihat di sepanjang November, mayoritas seri SUN dengan tenor 10 tahun ke atas menjadi yang paling sering ditransaksikan. Desmon mengatakan seri tenor panjang mayoritas paling aktif ditransaksikan karena harganya cenderung naik bila dibandingkan harga SUN bertenor pendek.
"Dengan yield SUN tenor 10 tahun di 7,9%-8% sekarang menarik untuk dikoleksi karena faktor makroekonomi kita hanya di rupiah dan di tahun depan berpotensi lebih stabil karena The Fed tak kembali agresif naikkan suku bunga acuannya," kata Desmon.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News