kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.333.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

SUN di reksadana menggemuk


Kamis, 08 Oktober 2015 / 15:51 WIB
SUN di reksadana menggemuk


Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Pasar surat utang yang fluktuatif dimanfaatkan oleh manajer investasi untuk menambah prosi Surat Utang Negara (SUN) dalam racikan portofolio mereka. Kondisi ini tercermin pada data kenaikan harga SUN.

Per 6 Oktober 2015, situs Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan mencatat, akumulasi SUN di reksadana mencapai Rp 61,91 triliun atau melambung 35,2% ketimbang akhir tahun 2014 sebesar Rp 45,79 triliun.

Analis Sucorinvest Central Gani Ariawan menjelaskan, kenaikan tersebut dipicu oleh pasar saham yang koreksi cukup dalam. Secara year to date (ytd) hingga Kamis (8/10) pukul 14.10 WIB, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sudah merosot 14,06% menjadi 4.491,73.

Meskipun pasar SUN juga berbalut tren bearish (turun), penyusutan yang terjadi lebih minim ketimbang IHSG. Lihat saja rata-rata harga obligasi pemerintah pada INDOBeX Government Clean Price yang turun 4,12% ketimbang akhir tahun lalu menjadi 105,74.

Walhasil, sebagian investor baik institusi maupun ritel lebih gemar produk reksadana yang beraset dasar SUN karena cenderung lebih aman. Instrumen ini memang diterbitkan oleh pemerintah yang notabene bebas risiko (risk free).

“Ini yang memicu manajer investasi menambah porsi SUN. Apalagi yield SUN seri acuan lagi naik beberapa saat lalu hingga mencapai angka 9%,” tukasnya. Besaran yield yang menarik menjadi momen yang tepat bagi para pelaku untuk masuk ke pasar surat utang.

Ariawan berpendapat, jika pasar saham kembali bullish (naik), besar peluang para pelaku manajer investasi bakal memperbesar kembali porsi sahamnya. Namun, strategi racikan portofolio tersebut masih bergantung pada jenis reksadana masing-masing. Pada reksadana pendapatan tetap yang aset dasarnya minimal 80% di instrumen obligasi, lanjutnya, manajer investasi kemungkinan bakal mempertahankan kepemilikan SUN.

Hingga pengujung tahun 2015, Ariawan optimistis akumulasi kepemilikan SUN di reksadana bisa menggemuk hingga kisaran Rp 65 triliun – Rp 70 triliun. Sebab, tren penambahan jumlah reksadana baru sepanjang tahun 2015 cukup baik.

Per 25 September 2015, jumlah reksadana di Indonesia mencapai 1.013 produk, meningkat 119 buah ketimbang posisi akhir tahun lalu sebanyak 894 buah. Begitu pula dengan dana kelolaan industri reksadana dalam negeri yang tumbuh 4,08% (ytd) menjadi Rp 237,62 triliun akhir bulan lalu.

“Minat investor untuk masuk ke reksadana cukup besar. Sehingga kebutuhan instrumen investasi termasuk SUN juga akan meningkat,” ujarnya.
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×