Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Noverius Laoli
Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Abdul Azis Setyo Wibowo melihat, kenaikan harga jual rerata alias average selling price (ASP) menjadi salah satu pendorong kinerja dari STAA di tahun lalu, khususnya pada top line.
“Kenaikan ASP pada segmen CPO meningkat sebesar 18,3%, pada kernel naik 51,9%, dan CPKO naik sebesar 63,6%,” ujarnya kepada Kontan, Sabtu (22/3).
Secara prospek, kinerja STAA di tahun 2025 masih cukup positif, mengingat ada sentimen B40 dan adanya pemotongan levy. Sentimen tersebut bisa mendorong kinerja dari top line dan bottom line.
Baca Juga: Laba Bersih Sumber Tani Agung (STAA) Naik 85% Jadi Rp 1,45 Triliun pada Tahun 2024
“Terlebih, saat ini ada La Nina yang bisa menggangu pasokan dan bisa berpotensi menaikan ASP kembali,” ungkapnya.
Secara valuasi price to earning (P/E) ratio STAA di bawah average 2 tahun saat ini berada di 5,8x. “Masih ada potensi penyesuaian, sehingga bisa berpotensi adanya penguatan harga STAA,” katanya.
Per Senin (24/3), harga STAA ada di level Rp 830 per saham dan tecatat naik 1,22% sejak awal tahun alias year to date (YTD).
Alhasil, Azis pun merekomendasikan trading buy untuk STAA dengan target harga Rp 895 per saham. “Perhatikan juga area support Rp 820 – Rp 805 per saham. Jika break support, bisa potensi melanjutkan penurunan,” katanya.
Baca Juga: Aturan Baru JKN Jadi Sentimen Positif, Cek Rekomendasi Saham HEAL, MIKA dan SILO
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana pun merekomendasikan trading buy untuk STAA dengan target harga Rp 890 – Rp 905 per saham.
Selanjutnya: Preview Argentina vs Brasil di Kualifikasi Piala Dunia 2026, Rabu (26/3/2025)
Menarik Dibaca: Krispy Kreme dan Meses Legendaris, Ceres Hadirkan Produk Khusus Ramadan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News