Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Pelemahan harga komoditas tak menyurutkan PT Sumber Mineral Global Abadi Tbk (SMGA) untuk mencari pendanaan di pasar modal. Perusahaan yang bergerak di sektor trading batubara dan nikel ini resmi menjadi emiten kesembilan yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun ini.
SMGA adalah anak usaha PT Sumber Global Energy Tbk (SGER), yang merupakan perusahaan perdagangan batubara di pasar ekspor dan domestik dengan sistem pemasok batubara satu atap.
Sebagai perusahaan trading, SMGA lebih berfokus pada produk nikel dan batubara yang berkualitas tinggi. Untuk nikel, SMGA menjual nikel dengan kadar sebesar 1,5%–1,9%. Sedangkan untuk batubara, SMGA menjual batubara dengan kalori sebesar 3.400–5.300 kkal/kg
Kondisi ini memposisikan SMGA sebagai trader nikel dan batubara yang memiliki segmentasi pasar tersendiri. Didukung dengan tingginya permintaan atas nikel dan batubara yang kualitas baik, SMGA bekerja sama dengan pemilik Izin Usaha Penambangan Operasional Produksi (IUP-OP) dan Izin Usaha Penambangan Operasi Produksi Khusus (IUP-OPK) untuk memastikan kontinuitas produktivitas dan supply ke pengguna akhir (end-users).
Baca Juga: Kantongi Dana IPO, SMGA Mengincar Pendapatan Hingga Rp 1 Triliun
Ke depan, SMGA tidak hanya berfokus pada bisnis trading nikel. SMGA juga berencana untuk mengakuisisi tambang nikel sehingga bisa memproduksi bijih nikel (ore) sendiri. Direktur Utama Sumber Mineral Global Abadi, Julius Edy Wibowo mengatakan, tambang nikel yang akan dicaplok tersebut berlokasi di Morowali Utara. Tambang tersebut akan memproduksi 50.000 ton hingga 100.000 ton nikel ore per bulan.
Julius memproyeksi, akuisisi ini akan rampung pada kuartal II-2O24, dan diproyeksikan bakal mulai beroperasi pada kuartal III-2024. Meski tidak menyebut angka pasti, yang jelas nilai dari akuisisi ini bersifat material dengan nilai di bawah 50% dari ekuitas SMGA. Sehingga, akuisisi ini tidak membutuhkan persetujuan rapat umum pemegang saham (RUPS).
“Semuanya dilakukan untuk membangun pasar yang berkelanjutan,” kata Julius. Dana akuisisi akan berasal dari dana operasional perusahaan.
Julius juga membocorkan, SMGA berencana membangun pabrik pengolahan alias smelter nikel pada 2026. Smelter ini akan menggunakan teknologi terbaru, yang bisa menaikan kadar nikel sampai di angka 60%. Output dari smelter ini adalah nikel matte. Nantinya, nikel matte ini bisa digunakan untuk katoda baterai kendaraan listrik. Saat ini, SMGA sedang melakukan akuisisi lahan dan persiapan konstruksi.
Baca Juga: Sumber Mineral Global (SMGA) Targetkan Pendapatan Naik 3 Kali Lipat Pasca IPO
Diversifikasi usaha ke batu gamping
Tak hanya fokus ke komoditas nikel, SMGA juga tengah menggarap potensi bisnis batu gamping. SMGA menjalankan usaha pertambangan batu gamping secara tidak langsung melalui penyertaannya di entitas anak, yaitu PT Jasatama Mandiri Sukses.
Pada 2021, Jasatama Mandiri Sukses memperoleh IUP untuk komoditas mineral bukan logam jenis tertentu tahap kegiatan eksplorasi, dalam hal ini yaitu batu gamping untuk industri. Jasatama Mandiri Sukses telah mendapatkan persetujuan peningkatan IUP ke tahap kegiatan operasi produksi pada Juli 2023 dengan masa berlaku 20 tahun hingga Juli 2043. Tahap kegiatan operasi produksi meliputi kegiatan konstruksi, penambangan, pengolahan dan/atau pemurnian atau pengembangan dan/atau pemanfaatan, serta pengangkutan dan penjualan.
Kegiatan pertambangan Jasatama Mandiri Sukses berlokasi pada Kecamatan Bungku Pesisir, Kabupaten Morowali, Provinsi Sulawesi Tengah dengan luas wilayah 85,73 hektare (ha).Berdasarkan hasil eksplorasi yang telah dilakukan, cadangan (reserves) batu gamping yang dimiliki oleh Jasatama Mandiri Sukses saat ini adalah sebesar 300.000.000 ton dengan perkiraan usia tambang sekitar 150 tahun.
Adapun usaha batu gamping ini dikembangkan sehubungan dengan tingginya permintaan batu gamping dan ada peluang usaha yang baik di wilayah Morowali Utara. Julius menyebut, wilayah tersebut terdapat banyak smelter yang membutuhkan supply batu gamping. “Sehingga, kami memutuskan untuk mengakuisisi dan melakukan pengembangan atas tambang batu gamping pada wilayah tersebut untuk dapat di-supply ke beberapa smelter terdekat,” sambung dia.
Baca Juga: Melantai di BEI, Saham Sumber Mineral Global (SMGA) Mentok ARA
Pasang target optimistis
Di Tengah koreksi harga komoditas, SMGA tetap memasang target yang optimistis. SMGA membidik pendapatan tahun ini menembus angka Rp 1 triliun. Estimasi ini naik 3 kali lipat dari pendapatan tahun lalu. Adapun laba bersih SMGA tahun ini diestimasikan sebesar 10% dari total pendapatan.
Meski harga komoditas nikel saat ini cenderung melemah, Julius mengatakan harga nikel saat ini masih relatif menguntungkan bila dibandingkan dengan harga pada tahun-tahun sebelumnya. Untuk diketahui, harga nikel London Metal Exchange (LME) saat ini berada di kisaran US$ 15.000 per ton.
Kinerja SMGA juga ditopang oleh potensi kenaikan volume penjualan. “Karena kami punya anchor supplier, anchor customer, kepercayaan smelter di Indonesia menjadi besar kepada kami karena kami sudah menjadi Perusahaan terbuka,” sambung Julius.
Dari sisi sektoral, SMGA meyakini permintaan nikel masih cukup solid. Permintaan nikel diprediksi naik dari 2.340 kiloton (KT) pada 2020 menjadi 6.250 KT pada tahun 2040. Meningkatnya permintaan akan nikel terutama didorong oleh naiknya kebutuhan dari industri kendaraan Listrik (EV) dan baterai. Sementara itu, penggunaan batubara Indonesia akan tumbuh 4,7% per tahun, dipimpin oleh perluasan armada pembangkit listrik batubara hingga 10 gigawatt (GW).
Baca Juga: SMGA Mulai Menawarkan Saham Perdana di Harga Rp 105
Harga saham sempat melejit
Dalam gelaran initial public offering (IPO), SMGA melepas sebanyak-banyaknya sebesar 1,75 miliar saham baru yang mewakili 20% dari modal ditempatkan. Dengan harga penawaran Rp 105 per saham, SMGA meraup dana segar senilai Rp 183,75 miliar dari aksi korporasi tersebut.
Saham SMGA sempat melesat pada awal perdagangan. Pada perdagangan perdana, saham SMGA dibuka menguat 34,29% ke level Rp 141 per saham. Ini artinya, saham SMGA mentok auto rejection atas (ARA). Meski demikian, saat ini saham SMGA sudah melemah namun masih berada di atas harga IPO.
Dana hasil dari penawaran umum perdana saham yang diterima akan digunakan untuk modal kerja dalam rangka pengadaan nikel dan batubara sesuai kegiatan bisnis yang dijalankan SMGA sebagai pembayaran atas pembelian nikel dan batubara dari supplier.
Pada masa penawaran IPO, telah terjadi kelebihan permintaan alias oversubscribed sebanyak 23,52 kali dari total saham IPO atau oversubscribed sebanyak 156,77 kali dari porsi pooling. SMGA mencatat nilai pesanan yang masuk selama masa penawaran mencapai Rp 4,3 triliun dari target dana yang dihimpun hanya sebesar Rp 183,7 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News