CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.874   -14,00   -0,09%
  • IDX 7.156   -58,36   -0,81%
  • KOMPAS100 1.093   -9,52   -0,86%
  • LQ45 871   -4,28   -0,49%
  • ISSI 216   -2,39   -1,10%
  • IDX30 447   -1,61   -0,36%
  • IDXHIDIV20 540   -0,03   -0,01%
  • IDX80 125   -1,02   -0,81%
  • IDXV30 136   0,09   0,07%
  • IDXQ30 149   -0,27   -0,18%

Sulitnya mencari THR dari bursa saham


Senin, 06 Juli 2015 / 07:28 WIB
Sulitnya mencari THR dari bursa saham


Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Uji Agung Santosa

JAKARTA. Kinerja pasar saham Indonesia tercatat paling buruk di kawasan Asia selama semester pertama tahun ini. Sejumlah sentimen buruk mengepung IHSG. Selain isu Yunani dan kenaikan bunga The Fed, IHSG terseret pelemahan ekonomi domestik.

Beberapa pekan terakhir, para pemain saham resah. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia gagal bangkit di separuh pertama tahun ini. Koreksi berkelanjutan di bursa saham tak pelak menyebabkan sejumlah trader menderita kerugian.

Sanusi misalnya. Pria yang sudah 17 tahun bermain saham ini semula berharap bisa mendapatkan tambahan cuan. "Tunjangan Hari Raya (THR)" dari bursa saham. Namun apa daya, return portofolionya sepanjang tahun ini malah negatif.

Sepanjang tahun ini (ytd), IHSG anjlok 4,76%. Sejumlah saham jagoan yang tergabung di LQ-45 mengekor penurunan indeks. Saham lapis kedua yang masuk indeks Pefindo 25 juga tercatat negatif 12,03%.

Data BEI yang dikutip KONTAN, Jumat (3/7), memperlihatkan, pasar modal Indonesia menjadi salah satu bursa saham yang paling terpukul di regional. Bandingkan dengan indeks Nikkei 225 yang mencetak return 17,7% (ytd) dan indeks Hang Seng yang masih positif 10,42% (ytd).

Seretnya pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi salah satu biang kerok kejatuhan indeks. Sejumlah trader mengaku, ada duit yang nyangkut di saham-saham jagoan. "Saham bank banyak bertumbangan," ucap salah satu trader.

Saham infrastruktur yang semula menjadi primadona sejak tahun lalu bahkan berkubang di zona merah, minus 10,39% (ytd). Begitu juga return saham keuangan, minus 2,47%.

Namun, Hardy, salah satu investor pasar modal tak panik. Dia menganggap, koreksi kali ini masih wajar. Tapi dia tetap waspada jika ingin mengambil posisi jangka pendek. Hardy hanya berharap, ada perbaikan di semester kedua. "Saya banyak menunggu dan mengambil posisi jangka panjang," ujar dia. Untuk meminimalkan risiko, dia bermain aman di saham blue chips yang diprediksikan cepat terkerek naik jika ekonomi pulih. Meski rugi, Sanusi pantang mundur. Dia masih optimistis.

Pengamat Pasar Modal Lucky Bayu Purnomo juga yakin, pembalikan arah akan terjadi di kuartal terakhir. Makro ekonomi akan membaik dan memacu IHSG.

Akuntino Madhany, analis AAA Asset Management, menambahkan, IHSG terkena dampak melambatnya pendapatan emiten sejak pertengahan tahun lalu. Sepanjang 2014, rata-rata pertumbuhan pendapatan emiten 5,42% year-on-year (yoy), jauh lebih rendah ketimbang pertumbuhan pendapatan 2013 dan 2012 masing-masing 14,16% (yoy) dan 10,74% (yoy).

Hingga 1 Juli 2015, pendapatan emiten malah turun 0,42%. Survei Bloomberg memperkirakan penurunan pendapatan emiten akan  di atas 5% (yoy) pada akhir 2015. Akuntino menyatakan, perusahaan infrastruktur, utilitas dan transportasi mencetak pertumbuhan earning per share (EPS) paling terpukul sepanjang tahun ini, dengan penurunan mencapai 30,7%.

Price earning ratio (PER) IHSG sebelum koreksi tajam pada April 2015 sempat di atas 24 kali. Setelah indeks terkoreksi, PER IHSG akhirnya turun menjadi sekitar 21 kali. Tapi masih cukup tinggi dibandingkan rata-rata lima tahun terakhir sekitar 19,7 kali.

Di akhir semester I-2015, IHSG diperdagangkan dengan PER 21,4 kali. "Emiten akan mengeluarkan laporan keuangan dalam waktu dekat dan pertumbuhannya masih tertekan sehingga valuasi saat ini masih mahal," ujar Akuntino.

Meski indeks saham tertekan, sampai kini investor asing masih menambah investasi di Indonesia, baik di pasar saham maupun surat utang negara. Hal itu menandakan pasar modal Indonesia masih menarik.

Sementara Hardy berharap, pemerintah bisa menggenjot pertumbuhan ekonomi, sehingga awan gelap segera menyingkir dari pasar modal Tanah Air.           

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×