Reporter: Elisabet Lisa Listiani Putri, Yoliawan H | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai penerbitan surat utang korporasi sepanjang tahun berjalan lebih rendah dibanding tahun lalu. Tingkat suku bunga yang lebih tinggi disinyalir menahan agresivitas emisi.
Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat, secara year to date hingga 12 Juli 2018, total emisi obligasi dan sukuk oleh 41 emiten senilai Rp 71,44 triliun.
Sedangkan, data OJK menunjukkan, pada periode yang sama 2017, emisi obligasi dan sukuk capai Rp 84,9 triliun. Artinya, ada penurunan Rp 13,46 triliun.
Pengamat pasar modal Suria Darma mengatakan, kenaikan suku bunga acuan di dalam negeri menjadi salah satu penyebab berkurangnya emisi surat utang. "Kenaikan suku bunga menyebabkan kupon obligasi harus disesuaikan. Kalau bunganya rendah, tidak laku," katanya, Selasa (17/7).
Sepanjang tahun ini, BI sudah mengerek bunga sebesar 100 bps menjadi 5,25%. Tahun lalu, kisaran bunga acuan sebesar 4,75%.
Volatilitas rupiah juga menyebabkan obligasi sulit laku di pasar, sehingga ada korporasi yang menahan emisi obligasi. Seperti, PT Waskita Karya Tbk (WSKT) yang menunda penerbitan obligasi senilai Rp 3,5 triliun. Semula emisi surat utang dijadwalkan pada kuartal III-2018 untuk menutup utang jangka pendek. "Kami masih wait and see kondisi pasar, ujar Harris Gunawan, Direktur Utama Waskita Karya.
Menurutnya, tren kenaikan bunga menyebabkan kupon obligasi harus disesuaikan dengan bunga deposito agar tetap kompetitif.
Meski demikian, kata Suria, obligasi tetap jadi alternatif pendanaan yang diandalkan. Contohnya, PT PP Properti Tbk yang menerbitkan obligasi Rp 655 miliar. "Kami masih mendapat suku bunga murah karena pelaksanaannya sebelum BI rate naik," kata Indaryanto, Direktur Keuangan PPRO, Selasa (17/7).
Hans menyebut di tengah tren bunga tinggi, ada alternatif pendanaan yang lebih menarik, seperti penerbitan saham baru alias rights issue maupun IPO anak usaha. Tapi, untuk melakukan aksi korporasi itu, fundamental perusahaan harus mumpuni.
Harris mengamini, rights issue menarik, karena tanpa disertai beban bunga. "Namun, kendalanya, persyaratan lebih kompleks. Tidak semua investor mau sahamnya terdilusi," tuturnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News