kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Suku bunga naik, rights issue jadi solusi bersih-bersih utang


Senin, 19 November 2018 / 07:00 WIB
Suku bunga naik, rights issue jadi solusi bersih-bersih utang


Reporter: Yoliawan H | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di era suku bunga yang tinggi ini beberapa emiten mulai berpikir keras untuk mencari cara agar utang mereka tidak akan menjadi beban karena bunga yang berpotensi menanjak.

Pasalnya Jika melihat data di Bank Indonesia (BI), tercatat BI telah menaikkan suku bunga acuan atau BI 7 days reverse repo rate sebanyak 175 bps sepanjang tahun 2018 menjadi 6,00%.

Salah satu cara yang diambil oleh emiten adalah dengan membersihkan utang menggunakan ekuitas. Nah, langkah penerbitan saham baru dengan skema penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (PMTHMETD) atau biasa disebut dengan private placement. Serta dengan skema hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau right issue bisa di lakukan.

Beberapa emiten yang hendak melakukan aksi korporasi ini untuk bersih-bersih utang adalah PT Sariguna Primatirta Tbk (CLEO), PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) dan PT Samrtfren Telecom Tbk (FREN).

BNBR akan melepas saham baru sebanyak 8,65 miliar untuk melunasi utang senilai Rp 9,38 triliun. FREN berencana untuk melepas 67,40 miliar dengan jaringan dana Rp 6,74 triliun yang sekitar 84% akan digunakan untuk membayar utang dan sisannya untuk modal kerja.

Selain itu, CLEO juga berharap dana sebesar Rp 274 miliar yang mayoritas digunakan untuk membayar utang bank.

Menanggapi kondisi ini, Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee menilai di kondisi bunga acuan yang terus naik ini memang strategi yang dapat diambil emiten salah satunya adalah dengan melakukan refinancing.

“Bayar utang dengan ekuitas banyak digunakan di kondisi saat ini. Kalau dilihat memang ada tren kenaikan suku bunga dan isu likuiditas di bank agak ketat jadi untuk mengajukan kredit besar agak sulit,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Minggu (18/11).

Selain itu ada beberapa faktor lain seperti pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat dan isu perang dagang akan membuat prospek ekonomi menjadi terhambat, Di sisi lain penerbitan obligasi di momen sekarang akan menjadi sulit bagi beberapa emiten.

Namun pihaknya memproyeksikan di tahun 2019 kenaikan suku bunga akan melandai jika dibandingkan dengan 2018. Kalaupun ada kenaikan sifatnya hanya akan terbatas.

“Terkait pergerakan saham pasca right issue biasanya akan lebih stuck terutama bagi emiten yang tujuannya membayar utang. Berbeda dengan yang tujuannya untuk ekspansi yang cenderung lebih positif,” ujar Hans.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×