Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang bulan Juni, persepsi risiko berinvestasi di Indonesia ternyata mengalami peningkatan. Hal ini tercermin dari naiknya level Credit Default Swap (CDS) Indonesia yang 5 tahun
Merujuk Bloomberg, level CDS 5 tahun Indonesia berada di level 107,32 pada Jumat (24/6). Bahkan pada tanggal 16 Juni sempat berada di level 137,51 atau level tertingginya sepanjang tahun ini. Padahal, mengawali bulan Juni ini, level CDS Indonesia masih berada di 89,23.
Fixed Income Portfolio Manager Sucorinvest Asset Management Gama Yuki mengungkapkan, naiknya level CDS yang dibanding posisi akhir Mei sebenarnya lebih dikarenakan kondisi global, terutama dari Amerika Serikat.
Hal ini imbas dari sikap The Fed yang masih cukup agresif dalam menaikkan suku bunga sehingga membuat yield US Treasury naik dari level 2.9% ke level 3,3%. Di sisi lain, kenaikan indeks dolar juga masih terjadi sehingga menyebabkan pelemahan nilai mata uang, termasuk rupiah.
Baca Juga: Sentimen Global Berpotensi Kembali Kerek Persepsi Risiko Berinvestasi di Indonesia
“Dengan adanya 2 hal ini membuat level CDS naik cukup signifikan dan membuat kondisi pasar obligasi Indonesia masih cenderung riskan terhadap kondisi global,” katanya ketika dihubungi Kontan.co.id, Jumat (24/6).
Ke depan, Gama melihat level CDS Indonesia masih berpotensi bergerak naik, setidaknya dalam 2 bulan-3 bulan. Menurutnya, melandai-nya level CDS Indonesia baru akan terjadi ketika inflasi AS sudah dapat dikendalikan. Hal ini diyakini juga akan meredam sikap The Fed sehingga tidak akan ada lagi kenaikan suku bunga yang agresif.
Tapi, dia meyakini, di balik turunnya prospek pertumbuhan ekonomi dan pemerintahan di dunia yang mulai serius menyelesaikan masalah inflasi, kondisi fundamental Indonesia masih kuat. Salah satu indikasinya adalah inflasi domestik yang masih terjaga.
“Diharapkan level CDS pun dapat bergerak lebih terprediksi dan sesuai dengan guidance yang diberikan pemerintah terhadap pasar,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Gama menilai, fundamental Indonesia yang masih cukup baik pun masih mampu membantu pasar obligasi Indonesia agar tidak terlalu terdampak dengan kondisi global. Hal ini terlihat dari beberapa minggu terakhir dimana market obligasi yang sudah mulai kembali rebound.
“Yield SBN berhasil rebound beberapa waktu terakhir, padahal yield US Treasury saja masih belum turun secara signifikan,” tutup Gama.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News