Reporter: Dyah Ayu Kusumaningtyas | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Pemangkasan suku bunga sebesar 50 basis poin menjadi 6%, belum berpengaruh terhadap harga obligasi pemerintah. Harga obligasi yang tercermin dari indeks Inter Dealer Market Association (IDMA) justru tercatat melemah, sore ini.
Indeks IDMA pada Kamis (10/11) ditutup turun tipis ke level 108,17, dari posisi kemarin di 108,24. Kemarin, indeks IDMA sebagai acuan harga obligasi pemerintah mencetak level tertinggi di tahun ini.
Sementara, untuk yield obligasi pemerintah juga tercatat masih naik, sore ini. Misalnya, yield untuk Seri FR0053 bertenor 10 tahun yang ternagkat 9 basis poin menjadi 6,26% pada Kamis (10/11) sore, dari posisi kemarin di 6,17%.
Analis obligasi Trimegah Securities Imam MS menilai, penurunan suku bunga belum langsung memberi efek signifikan pada perdagangan obligasi hari ini. Apalagi, dalam tiga hari terakhir, indeks IDMA tersebut sudah naik hingga mencetak rekor. "Pergerakan harga obligasi juga terseret oleh mencuatnya krisis global," ujarnya, hari ini (10/11).
Meski begitu, Imam meyakini, penurunan suku bunga bisa menjadi katalis untuk harga obligasi pemerintah terus reli. "Seharusnya, langkah BI itu akan berdampak positif untuk tren pergerakan harga obligasi pemerintah. Dengan resiko berinvestasi (Credit Default Swap/CDS) yang mendaki, maka, penurunan bunga acuan akan menghambat peluang terkoreksinya harga obligasi pemerintah," urai Imam.
Sebagai informasi, CDS bertenor 10 tahun terus melonjak naik sebesar 13,03% ke posisi 275,04 pada penutupan Rabu (9/11), dari 243,33 pada akhir pekan kemarin (4/11).
Ariawan, analis obligasi Mega Capital Indonesia menyebut, dengan potensi kemungkinan Indonesia mendapatkan investment grade di 2012 nanti, maka ini waktu yang tepat bagi investor untuk masuk di Surat Utang Negara (SUN). Dia memproyeksi, untuk periode jangka panjang, dengan suku bunga acuan yang rendah, kemungkinan besar harga obligasi pemerintah akan terus mendaki.
"Hal itu mengingat dalam periode jangka panjang, sentimen domestik akan lebih mendominasi. Walaupun dalam jangka pendek, pengaruh global juga akan menghambat reli SUN," kata Ariawan.
Imam bahkan melihat peluang indeks IDMA menyentuh level 110 seperti di saat awal tahun ini. "Dengan syarat volatilitas global juga tidak semakin parah," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News