Reporter: Riska Rahman | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kenaikan suku bunga acuan Amerika Serikat alias Fed Fund Rate (FFR) memang bisa mempengaruhi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Hal ini bisa membuat investor asing terus melakukan aksi jual.
Kenaikan FFR sebanyak 25 basis poin memang sudah diantisipasi sejak lama oleh para pelaku pasar saham. Bahkan, Analis Royal Investium Sekuritas Wijen Pontus menilai para pelaku pasar juga sudah mengantisipasi kenaikan suku bunga hingga tahun 2019 nanti.
Namun, antisipasi ini berarti investor asing akan melakukan aksi jual. "Kemungkinan besar mereka akan terus menarik uangnya dari bursa saham dalam negeri seiring dengan kenaikan suku bunga The Fed ini," ujar Wijen kepada KONTAN, Kamis (22/3).
Namun, untuk jangka pendek ia melihat IHSG berpeluang untuk rebound. Pasalnya, selama sebulan terakhir IHSG sudah terdiskon cukup banyak dari level 6.600 di awal tahun menjadi di level 6.200.
Sentimen dari dalam negeri, seperti pembagian dividen dan laporan keuangan emiten juga bisa mempengaruhi pergerakan IHSG untuk jangka pendek. Selain itu, penguatan harga minyak dunia bisa jadi sentimen positif lantaran bisa meningkatkan ekspor serta membuat cadangan devisa membaik.
Namun, untuk jangka panjang Wijen nampak agak pesimistis. Hal tersebut lantaran Indonesia sudah memasuki tahun politik yang berpotensi membuat kondisi pasar Indonesia bergejolak.
Walau begitu, ia masih yakin IHSG masih bisa tumbuh hingga akhir tahun 2018 ini. "Indeks sepertinya masih bisa mencapai level 6.700-6.800 di akhir tahun nanti selama nilai tukar rupiah tidak mencapai level Rp 14.000 per dollar Amerika Serikat (AS)," paparnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News