kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,73   11,38   1.24%
  • EMAS1.325.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sudah naik 23%, harga minyak berpotensi turun di semester kedua


Selasa, 02 Juli 2019 / 20:41 WIB
Sudah naik 23%, harga minyak berpotensi turun di semester kedua


Reporter: Muhammad Julian | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak mentah pada semester kedua di tahun 2019 diprediksi turun jika dibandingkan dengan semester satu 2019. Harga minyak west texas intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus 2019 di New York Mercantile Exchange ditutup pada US$ 58,47 per barel pada semester I lalu. Harga minyak ini menguat 22,84% dalam enam bulan.

Direktur Utama PT Garuda Berjangka, Ibrahim memperkirakan, harga minyak mentah akan bergerak dengan target support US$ 57,70 per barel hingga akhir tahun 2019. Dia mengatakan, ada kemungkinan terjadinya beberapa peristiwa global yang bisa menjadi sentimen negatif, di antaranya yakni no-deal Brexit, perang dagang Amerika Serikat (AS) dengan China.

Menurut Ibrahim, no-deal Brexit dapat mendorong aksi penurunan suku bunga oleh European Central Bank (ECB) serta bank-bank sentral lainnya di dunia yang akan berdampak pada hancurnya perekonomian Inggris apabila jadi dilakukan.

Kehancuran perekonomian Inggris, menurut Ibrahim, memiliki dampak buruk yang besar bagi perekonomian global. Sebab Inggris memiliki banyak negara persemakmuran di dunia. “Hal ini, pada nantinya akan menyebabkan turunnya permintaan minyak mentah dunia,” kata Ibrahim kepada Kontan.co.id, Selasa (2/7).

Selanjutnya, penurunan harga komoditas minyak mentah dunia juga dapat disebabkan oleh fenomena perang dagang AS-China yang tak kunjung berakhir. Meskipun sempat terjadi penurunan tensi di antara kedua negara tersebut pascapertemuan bilateral di sela-sela pertemuan G20, Ibrahim menilai bahwa normalisasi hubungan dagang kedua negara sulit untuk dicapai.

“Trump kan maunya hubungan dagangnya sama Tiongkok 50-50, ini sulit untuk dicapai. Sebaliknya, ini bisa dijadikan alasan oleh Trump untuk menghentikan gencatan senjata,” ujar Ibrahim.

Meskipun demikian, Ibrahim mengatakan terdapat beberapa fenomena yang berpotensi menjadi sentimen positif bagi harga minyak mentah. Fenomena yang pertama yakni fenomena krisis yang terjadi di Venezuela. Menurut Ibrahim, krisis tersebut berdampak pada terganggunya kegiatan produksi minyak mentah di negara tersebut sehingga berakibat pada menurunnya pasokan minyak mentah yang ada di pasar global. Hal ini berpotensi menyebabkan kenaikan harga minyak mentah dunia.

Selain Krisis Venezuela, sentimen positif yang juga dapat mempengaruhi harga minyak dunia adalah kemungkinan naiknya permintaan minyak mentah AS. Namun, pengaruh sejumlah sentimen positif tersebut tetap tidak sebesar dampak yang ditimbulkan oleh sentimen-sentimen negatif. Alhasil, sehingga harga komoditas minyak tetap diproyeksikan turun pada semester kedua.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×