kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Sucorinvest AM pilih saham komoditas dan perbankan untuk racikan reksadana saham


Kamis, 02 Desember 2021 / 20:25 WIB
Sucorinvest AM pilih saham komoditas dan perbankan untuk racikan reksadana saham
ILUSTRASI. Kinerja reksadana saham sepanjang tahun ini masih terus berada dalam tekanan.


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja reksadana saham sepanjang tahun ini masih terus berada dalam tekanan. Hal ini bisa terlihat dari kinerja rata-rata reksadana saham yang tercermin pada Infovesta 90 Equity Fund Index yang masih terkoreksi 2,17% sepanjang Januari - November.

Maklum, kinerja indeks LQ45 dan IDX30 yang mayoritas sahamnya dijadikan portofolio reksadana saham juga masih tertekan. Pada periode yang sama, masing-masing indeks tersebut masih terkoreksi 0,42% dan 0,99%.

Kendati demikian, beberapa produk reksadana masih berhasil mengalahkan ketiga benchmark tersebut. Misalnya, reksadana saham Sucorinvest Equity Fund milik Sucorinvest AM yang catatkan kinerja 5,74%. 

Investment Specialist Sucorinvest AM Toufan Yamin mengungkapkan, alokasi sektor yang dilakukan oleh pihaknya adalah dengan overweight pada saham-saham emiten komoditas ketika terjadi kenaikan harga komoditas yang signifikan beberapa waktu yang lalu. 

Baca Juga: BEI berkomitmen kembangkan investasi hijau di pasar modal

Jika merujuk dari fund fact sheet produk tersebut per akhir Oktober kemarin, terdapat tiga emiten komoditas yang termasuk ke dalam lima besar alokasi pada Sucorinvest Equity Fund. Ketiga emiten tersebut adalah PT Adaro Energy, PT Bukit Asam, dan PT Perusahaan Gas Negara.

Toufan membeberkan pihaknya masih akan mempertahankan strategi alokasi pada sektor komoditas meskipun harga komoditas sendiri perlahan mulai mengalami koreksi beberapa waktu terakhir.

“Koreksi harganya tidak mengkhawatirkan, secara rata-rata, harganya masih tinggi dibanding dua atau tiga tahun terakhir. Jadi margin emiten komoditas tidak akan terganggu signifikan dan kinerja kuartal IV-2021 seharusnya masih akan baik,” kata Toufan ketika dihubungi Kontan.co.id, Kamis (2/12).

Selain itu, ia bilang sektor banking juga mulai menarik lantaran pertumbuhan kredit yang perlahan sudah mulai tumbuh. Apalagi, pada tahun depan akan jadi periode pemulihan ekonomi dan aktivitas ekonomi juga lebih baik dari tahun ini. Bahkan, permintaan terhadap KPR juga sudah mulai naik. Menurutnya, secara historis hal ini memang merupakan sesuatu yang wajar karena ketika harga komoditas naik tinggi, maka daya beli masyarakat juga akan ikut naik.

Baca Juga: Kerap diselimuti ketidakpastian, kinerja reksadana saham masih tertekan

Oleh karena itu, tidak hanya saham emiten perbankan, emiten-emiten properti residensial juga mulai dilirik dan dipertimbangkan untuk pengelolaan portofolio pada tahun depan. Toufan menyatakan, strategi ini diproyeksikan akan dipertahankan hingga akhir semester I-2022.

“Beberapa emiten teknologi juga punya peluang pada tahun depan, GoTo kan rencananya melantai di bursa yang berpotensi diikuti oleh startup unicorn lainnya. Selain itu, kami juga suka saham bank digital yang penggunanya sudah besar, kredit juga mulai jalan, sementara dari sisi valuasi juga lebih murah dibanding peers,” imbuhnya. 

Dari sisi sentimen, Toufan melihat pasar akan berfokus pada seperti apa perkembangan Covid-19 varian omicron. Ia berharap varian ini tidak memberikan dampak yang masif layaknya varian delta kemarin agar tidak mengganggu pertumbuhan ekonomi 2022. 

Lalu, menurutnya kontribusi investor asing pada tahun depan cenderung terbatas mengingat ada potensi The Fed mempercepat proses tapering dan potensi kenaikan suku bunga acuan. Hal ini membuat likuiditas global berpotensi tidak semelimpah tahun ini sehingga bisa membuat investor asing cenderung lebih berhati-hati menempatkan dananya.

“Jika skenario optimistis, IHSG harusnya bisa bergerak menuju 7.500. Namun jika ternyata skenarionya cenderung moderat, IHSG akan bergerak ke kisaran 7.200,” tutup Toufan.

Baca Juga: Reksadana pendapatan tetap masih jadi yang paling moncer sepanjang tahun ini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×