Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja reksadana saham sepanjang tahun ini masih terus berada dalam tekanan. Hal ini bisa terlihat dari kinerja rata-rata reksadana saham yang tercermin pada Infovesta 90 Equity Fund Index yang masih terkoreksi 2,17% sepanjang Januari - November.
Sedangkan IHSG yang kerap dijadikan benchmark untuk reksadana saham bahkan sudah menguat 9,28% pada periode yang sama.
Kendati begitu, kinerja beberapa produk reksadana saham bisa mengungguli indeks reksadana maupun IHSG. Salah satunya adalah milik Trimegah Asset Management, yakni TRIM Kapital Plus yang berhasil tumbuh 12,67% dan TRIM Kapital yang juga tumbuh 10,27%.
Presiden Direktur Trimegah Asset Management Antony Dirga menjelaskan, strategi pengelolaan kedua reksadana tersebut dimulai dengan menentukan investment universe, lalu dengan memperhitungkan faktor-faktor makro ekonomi, tren industri, prospek perusahaan dan kredibilitas manajemen hingga terpilihlah saham-saham terbaik.
Baca Juga: IHSG menguat 0,53% ke 6.573 hingga akhir sesi I Senin (6/12)
Antony membeberkan, untuk Trim Kapital Plus secara fokus memang condong pada sektor yang dikategorikan sebagai new economy, seperti misalnya teknologi, logistik, fintech, dan sebagainya. Sementara untuk Trim Kapital juga kurang lebih sama, namun dengan kadar yang sedikit lebih rendah.
“Belakangan kami juga membeli saham-saham old economy yang menurut kami juga menarik karena koreksi harga yang sudah terlalu dalam. Kami sebisa mungkin terus merotasi fokus kami agar bisa terus mengalahkan market secara konsisten,” kata Antony kepada Kontan.co.id, Senin (6/12)
Pada bulan Desember ini, Antony menilai pasar saham memang punya kecenderungan momentum yang positif. Hal ini disebut bisa memberi dampak positif terhadap pergerakan harga saham. Kendati begitu, ia bilang, Trimegah lebih cenderung memilih saham dengan time horizon yang lebih medium term. Berkaitan dengan momentum positif tersebut, pihaknya memposisikan cash level yang lebih rendah untuk memaksimalkan exposure pada pasar saham.
Sementara untuk tahun depan, menurutnya, pasar saham akan kembali prospektif karena didasari oleh tiga faktor utama. Ketiganya adalah roda ekonomi yang bergerak positif, tingginya harga komoditas yang baik untuk ekonomi Indonesia dalam 6-9 bulan ke depan, serta excitement atas IPO dari banyak perusahaan teknologi yang akan meramaikan pasar saham di tahun depan.
Sedangkan risiko yang akan dihadapi adalah seputar agresivitas dari Fed tapering, inflasi yang tinggi, dan ancaman dari gelombang ke-3 Covid-19.
Baca Juga: Dibayangi sejumlah sentimen, begini prospek sektor minyak dan gas
Selama pasar saham bergerak secara positif dan minim terpapar risiko yang disebutkan di atas, Antony optimistis IHSG dapat mencapai 7.800 pada tahun depan.
Menyambut tahun depan, pihaknya mengaku strategi pengelolaan produknya masih akan fokus pada skenario utama yang sudah diproyeksikan. Namun, pada eksekusinya, Antony menyebut akan terus memantau perkembangan dari faktor-faktor positif dan negatif yang telah disebutkan di atas.
Jika ternyata faktor positif ternyata jauh lebih dominan, Trimegah akan menyesuaikan portofolio secara lebih agresif. Namun, jika yang terjadi adalah faktor negatif yang lebih dominan, maka pengaturan portofolio akan lebih konservatif.
“Sementara untuk alokasi sektor akan cenderung kami tekankan pada sektor-sektor yang akan diuntungkan dengan pemilihan roda perekonomian. Selain itu, tentunya kami akan terus memantau opportunity lain yang timbul dengan adanya pergerakan pasar yang dinamis,” tutup Antony.
Baca Juga: Rupiah spot masih melemah tipis ke Rp 14.426 per dolar AS pada tengah hari ini (6/12)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News