kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Dibayangi sejumlah sentimen, begini prospek sektor minyak dan gas


Senin, 06 Desember 2021 / 11:20 WIB
Dibayangi sejumlah sentimen, begini prospek sektor minyak dan gas
ILUSTRASI. Sektor minyak dan gas (migas) masih diselimuti sejumlah katalis.


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sektor minyak dan gas (migas) masih diselimuti sejumlah katalis. Salah satunya yakni potensi naiknya produksi (output) tahun depan. Dalam risetnya tertanggal 1 Desember 2021, Analis Mirae Asset Sekuritas Juan Harahap menyebut, kenaikan output dipicu oleh peningkatan pasokan dari negara-negara OPEC serta peningkatan aktivitas pengeboran minyak dan gas di  Amerika Serikat (AS)

Juan meyaknini, produksi minyak AS akan terus meningkat karena harga minyak  melambung tinggi, melampaui ambang batas produksi biaya tunai produksi di level US$ 42 per barel. Dengan demikian, Juan memperkirakan produksi minyak mentah global akan meningkat 3,1% secara year-on-year (yoy) menjadi 100 juta barel per hari

Sentimen juga datang dari potensi naiknya permintaan minyak, khususnya dari China. Juan memperkirakan permintaan migas dari China akan naik seiring dengan meredanya dampak Covid-19 yang mendorong pemulihan kegiatan ekonomi disertai kuota impor yang lebih tinggi.

Baca Juga: Harga minyak naik lebih dari 2% setelah turun enam pekan beruntun

Adapun impor minyak mentah China menurun 7,9% secara month-on-month (mom) pada Oktober 2021 menjadi 8,9 juta barel per hari. Level ini merupakan yang terendah sejak September 2018, karena kenaikan harga membuat perusahaan penyulingan milik negara menahan pembelian minyak mentah.

Di sisi lain, penyulingan independen terkendala kuota impor yang terbatas. Impor minyak China kemungkinan akan meningkat setelah bulan Oktober karena pemerintah China telah mengeluarkan tambahan kuota 3,6 juta barel per hari

Namun, Juan melihat adanya risiko di balik pemulihan permintaan ini. Seperti penurunan purchasing manager’s index (PMI) China ke  level 49,2 yang merupakan zona kontraksi. Penurunan ini seiring harga bahan baku yang tinggi dan permintaan domestik yang melemah. Selain itu, munculnya kembali klaster baru Covid-19 pada Oktober kemarin dapat memunculkan pembatasan sosial yang mengganggu kegiatan ekonomi

Baca Juga: IHSG bergerak tipis di awal perdagangan Senin (6/12)

Juan menyebut, perusahaan migas akan membatasi pendanaan dan belanja modal ke depan. Dalam laporannya, biro konsultansi manajemen global asal AS, McKinsey, memperkirakan tren belanja modal para pelaku migas masih akan lebih rendah dibandingkan level sebelum pandemi setidaknya hingga 2025. Hal ini disebabkan sebagian besar pemain masih bersikap konservatif dan fokus mengurangi utang mereka.

Di sisi lain, sejumlah Negara sepakat untuk meninjau kembali target emisi untuk tahun 2030 dalam KTT tahunan ke-26 (COP26) di Glasgow beberapa waktu silam. Selama pertemuan ini, Prancis, Swedia, dan Irlandia bergabung dengan aliansi negara-negara yang dipimpin Denmark dan Kosta Rika, yang berkomitmen untuk mengakhiri produksi minyak dan gas di masa depan. 

Baca Juga: Bursa Asia cenderung melemah pada Senin (6/12) pagi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×