Reporter: Albertus M. Prestianta | Editor: Djumyati P.
JAKARTA. Bisnis PT Ciputra Development Tbk (CTRA) makin mengkilap. Hingga Oktober lalu, perusahaan properti ini berhasil membukukan marketing sales Rp 2,7 triliun. Jumlah ini naik sekitar 85,3% ketimbang pendapatan prapenjualan di periode yang sama tahun sebelumnya.
CTRA meyakini kinerjanya akan terus gemerlap di 2012 nanti. Tahun depan, perusahaan memasang target pendapatan prapenjualan sebesar Rp 4 triliun.
Analis melihat target tersebut tidak mustahil dicapai perseroan ini. Menurut para analis, CTRA sudah menerapkan strategi yang tepat untuk menggenjot kinerjanya.
Salah satunya, dengan menerapkan skema kerjasama alias joint operation dalam mengerjakan proyek. Menurut Lydia Suwandi, analis OSK Nusadana Seurities, skema ini sukses membawa perseroan ini meningkatkan nilai marketing sales di sepuluh bulan pertama 2011 ini.
Menurut catatan Lydia, saat ini perusahaan milik taipan Ciputra ini juga telah menandatangani kesepakatan untuk mengembangkan tujuh proyek properti residensial baru. Perumahan ini akan dibangun di tujuh kota, yakni Semarang, Yogyakarta, Medan, Pangkal Pinang, Palu, Pontianak dan Pekanbaru.
Rencananya, proyek tersebut akan diluncurkan tahun depan. Lydia memprediksi, proyek-proyek tersebut akan menambah marketing sales CTRA di 2012 menjadi Rp 4 triliun, inline dengan target perseroan sendiri.
Maxi Liestyaputra, analis BNI Securities, yakin CTRA masih memiliki ruang untuk tumbuh. Ia menilai permintaan dan pangsa pasar properti di daerah masih besar.
Layak beli
Para analis menilai strategi ekspansi tersebut membuat saham CTRA layak masuk keranjang portofolio investor. Mereka pun merekomendasikan beli saham CTRA.
Saham perusahaan induk dari beberapa perusahaan properti grup Ciputra ini juga mendapat sentimen positif dari rencana mengambil saham International City Development Pte Ltd (ICD). Ini adalah anak usaha Ciputra Group yang menangani pengembangan proyek di sejumlah negara, seperti Vietnam, Kamboja dan China.
CTRA mengambil saham ICD dengan cara menukar 33,25% saham proyek Shenyang milik CTRA di China dengan 7,3% saham ICD. Lydia menilai hal ini ini tidak akan berdampak negatif pada nilai aset bersih CTRA. Pasalnya, kontribusi proyek Shenyang terhadap total aset CTRA hanya sekitar 0,1%.
Maxi menilai, pertukaran ini tidak akan berdampak besar bagi kinerja keuangan CTRA. Namun hal ini bisa akan mempermudah CTRA merambah pasar luar negeri.
CTRA juga masih akan menggarap proyek kota mandiri di Shenyang melalui ICD. Fanny Suherman, analis dari PT OSO Securities, menilai proyek ini sangat menguntungkan CTRA. "Meski masih under construction, tapi proyek ini akan memberi outlook positif bagi CTRA ke depannya nanti," kata Fanny.
Fanny menganalisis harga CTRA masih bisa naik hingga Rp 580 per saham. Sementara Lydia dan Maxi masing-masing mematok harga Rp 660 dan Rp 600 per saham.
Dalam penutupan perdagangan Senin (28/11), harga CTRA melemah 1,01% menjadi Rp 490 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News